Sabtu, 14 Desember 2013

SAMPE KAPAN GINI TERUS????? (part 3A-B)

SAMPE KAPAN GINI TERUS????? (part 3A)

“Laper neh! Eh, bocah, makan yuk!” ajak Touko.
Rui hanya mengangguk sambil berjalan mengikuti Touko yang udah gak tahan pengen cepet-cepet makan. Sampailah mereka di dapur. Bukannya langsung nyiapin makan eh, malah diem termerenung kaya orang abis kesetrum. Touko mulai membuka lemari makanan pojok kiri atas.
“Eeeeehhh….liat-liat gue dong! Aaaaaa!! Touko!!” seru Rui yang sudah terangkat badannya.
“Sorry, sorry, ane kaga sengaja. Lagian ente pake ngilangin kuncinya segala sih!” balas Touko.
Touko meletakkan tangan kanannya di alas lemari makanan. Dia meraba-raba mencari sesuatu.
“Ah, da…”
Blep!
“Manti lamup!!! Lilin!! Ape, mana Ape imutku? Woy, Ape, lilin!!” teriak Touko lebay.
Author bingung kenapa harus manggil Ape? Emangnya Ape tuh tukang listrik? Dan bukannya yang bilang Ape imut itu Rui ya? Kacau!
Singkat cerita, Rui dan Touko udah dapet makanan paling enak yang pernah mereka makan selama di asrama, sepageti. Sesekali mereka berdebat hebat Cuma gara-gara irama tangan yang salah. Di atas meja makan, terdapat 2 lilin yang menerangi dapur. Atsuya datang menuju dapur ditemani oleh senter hello kittynya. Dia kaget bukan kepalang melihat Rui dan Touko lagi makan di dapur.
“Waduuuhh, kalian ini apa-apaan sih? Di tengah kegelapan kaya gini kalian malah manfaatin buat dinner berdua disini. Liat tuh si Ren dari tadi jejeritan gara-gara trauma sama glundung pringsewu. Kalian gak kasian apa sama Ren?!” kata Atsuya.
“Apa? Pring…apa tadi? Glundung pringsewu?” tanya Touko yang kayaknya kata “glundung pringsewu” itu kata asing baginya.
“Setau gue, namanya bukan glundung pringsewu deh. Tapi, pring apa ya? Prings…” tambah Rui.
“Glundung pringis meren! Itu tuh, setan kepala yang bikin si letoy jadi phobia kegelapan. Ai pringsewu teh apa ya? Asa pernah denger dimanaaaaaa gitu.” Touko mulai mikir.
“Ih, atuh, pringsewu mah rumah makan yang di jalan mau ke Jogja tea kan?” tanya Rui memastikan.
Kayaknya Atsuya udah pergi gara-gara Rui dan Touko ribut tentang glundung pringis dan pringsewu. Suasana semakin mencekam setelah Rui dan Touko membahas tentang setan kepala itu. Sepageti mereka emang udah abis tapi, mereka tetep ngobrol di dapur sambil ngejilatin sisa saos sepageti yang terakhir. Lilin yang di atas meja makan sebentar lagi habis. Tapi, mereka gak peduli sama lilin yang mau mati. Mereka tetep ngobrol tentang setan-setanan yang lalu jadi nyambung ke nightmare side di ardan radio.
Cesss! Lilin mati setelah Touko akan memulai cerita tentang glundung pringis yang terjadi di asrama sebelum angkatan mereka menempati asrama ini.
“Mati, Ko….” Kata Rui pelan sambil memegang erat tali borgol mereka.
Kriiiieeeettt…. Srek..srek… Hup! Grek!
Hhhh…. Hhhhh… Hhhhh…
“Sssstttt….diem, tenang, tetap disini.” Bisik Touko pada Rui yang tangannya sudah gemetar.
Touko mengambil sesuatu dari kantong celananya dan ternyata ia mengambil pemantik. Lalu Touko menyorotkan pemantik itu ke sekeliling dapur dan…apa yang mereka dapatkan? Setelah menyorot jendela?
“WAAAA!!! Pringsewu!!” teriak mereka bersamaan.
Dasar emang lagi panik! Sebenernya itu bukan glundung pringsewu atau glundung pringis tapi, kelapa punya Taiyo yang disembunyiin di jendela dapur. Beberapa detik kemudian, mereka kembali tenang. Touko kembali menyorotkan pemantik ke sekeliling dapur.
“Gelap euy, ane sama ente lagi disini! Mending kalo sama yayang ane anu geulis kawanti-wanti, pasti sedap tuh!” gumam Touko.
Rui yang sedari tadi memperhatikannya terlihat sangat bingung.
“Ngomong apa sih lo? Kaya orang setruk aja ngomongnya!”
“Nggak, ini urusan anak gede. Kalo bocah kaya ente mah kaga usah ngerti dah urusan ginian!”
Touko kembali memasukkan pemantik ke dalam saku celananya. Tiba-tiba…
Kreeeekk! Deng! Hhh… Hhh…
“Apa tuh, Ko?”

SAMPE KAPAN GINI TERUS????? (part 3B)

RUI POV

Udah gue bilang, jangan ngomongin glundung prings….prings….ah, apa lah itu namanya! Ntar malah kita didatengin. Eh, bener kan malah didatengin beneran! Gimana tuh? Salah siapa? Ini semuanya tuh gara-gara Adji! Eh, Atsuya! Lupakan!
Gue sama Touko terus jalan. Gatau nih arahnya kemana yang penting gak banyak nabrak dan gak banyak cingcong. Tapi, KM satu ini lebih banyak melanggar. Banyak nabrak dan banyak cingcong gaje.
“Bocah, kok ane ngerasa ada sepatu ya?” bisik Touko.
“Diem!” balasku.
Dia terus jalan dengan langkah yang lebar. Sepatu? Sepatu apa? Gue kan kaga pake apa-apa! Atau dia nginjek siswanti?
Waaaaaaaaa!!!! Drak! Ah! Touko!!! Bocah! Moooooo!!!
Gue kehilangan arah. Kemana si Touko? Kok gak ada suaranya lagi? Jangan-jangan dia dimakan siswanti atau pocong polkadot atau kuntilanak jokowi atau babi ngepet arwah bapak alay pake high heels? Mungkin juga dimakan pringsewu. Gue panic terus terusan manggil Touko. Aku lega dia masih manggil gue bocah tapi, kedengeraannya kok kaya yang dari jauh ya? Emang borgol sepanjang apa sih? Perasaan Cuma 10cm deh. Kok panjangnya kaya yang 2m aja.
“Woy, ngangetin aja kalian ini!” seru seseorang entah siapa.
“Woy, siapa tu?” tanya Touko.
“Woy, ini aku! Makanya, lampunya dinyalain dong!”
“Woy, siapa sih? Manti lamup nih!”
Klik!
“Terang kan? Lampunya udah nyala dari tadi.”
“R….Ritsu?!” gue dan Touko terkejut.
Wah, akhirnya Kak Ritsu pulang juga ke asrama. Tapi, kenapa ngos-ngosan gitu ya? Kayak yang lagi abis maling aja. Kami semua duduk di meja makan yang udah acak kadut akibat ketakutan luar biasa dari mati lampu. Touko pergi mengambilkan segelas sirup mangga untuk kami.
“Mau pulang kok gak ngabarin dulu sih? Kan kita bisa sambut rame-rame. Lagian kenapa lewat pintu dapur? Lupa ya pintu asrama yang bener dimana?” tanyaku.
Flashback
RITSU POV
Kalian tau sendiri kan, ini udah malem jadi, aku gak usah nyebutin lagi ini pagi, siang, sore atau malem. Sebenernya aku tuh udah males banget sama sikap sepupuku yang gila itu. Aku kan kesini buat liburan dan seneng-seneng eh, malah disuruh ngegantiin dia gara-gara penyakit bawaan dari lahir, MALES. Baiklah, ini yang terakhir, karena aku akan pulang besok. Kalo bisa hari ini juga deh aku pulang ke asrama. Menurutku, di asrama itu lebih enak walaupun sering ada yang gak beres. Tapi, seamburadulnya asramaku, lebih amburadul lagi apabila aku hidup serumah dengan sepupuku itu tanpa ada paman.
Daripada aku melihat mukanya yang membuatku ingin muntah, lebih baik aku keluar dan jalan-jalan di sekitar daerah rumah Asuka. Ternyata, suasana malam lebih menyenangkan daripada di asrama. Banyak anjing menggonggong, suara-suara kecil dari burung hantu, lampu jalan yang menerangi langkahku, beberapa kendaraan yang masih melintas, pos satpam yang masih beroperasi, dan tukang jualan yang suka dagang malem-malem. Cukup ramai juga disini.
“MALIIIINNGG!!” teriak beberapa orang di belakangku secara tiba-tiba.
Akupun terkejut dan melihat ke belakang. Teryata, ada seseorang memakai sarung di kepalanya seperti ninja berlari dengan sangat ketakutan ke arahku. Aku berniat menghentikan maling itu tapi, si maling itu memberikan semua mangga yang ada di sarungnya padaku kemudian ia kembali berlari. Dasar aneh! Kebetulan banget, aku sedikit lapar gara-gara nahan emosi pada Asuka.
“Hey, kamu yang maling mangga kan?” tanya seorang bapak.
“Tidak, pak. Maling itu sudah pergi. Dia malah yang ngasih mangga ini padaku.” Jawabku.
“Alah, gak udah bohong deh, itu Cuma alas an kamu saja kan?” kata bapak yang lain.
Yah, daripada aku digebukin sampe bonyok, meding aku kabur!
“Hey, nak! Berhenti!”
Beberapa warga sekarang mengejarku. Aku tidak tau harus lari kemana lagi. Para warga semakin giat mengejarku. Ah, jalan buntu?! Bagaimana ini! Gawat! Aku melihat jendela yang sedikit terbuka. Mungkin saja aku bisa sembunyi disana. Tapi…mangga yang kupergang tadi terjatuh! Pasti ini akan meninggalkan jejak. Lebih baik, aku susun kembali mangga-mangga itu dengan arah yang berlawanan dengan tempat persembunyianku.
Aku masuk melalui jendela tersebut dengan hati-hati. Jangan sampai menimbulkan suara. Aku sedikit lega tapi, nafasku masih terengah-engah, belum stabil. Aku mendengar beberapa orang tengah berbicara dan terdengar panik. Aku sangat ketakutan. Aku menutup telingaku dan memejamkan mataku. Tiba-tiba, ada yang menginjak sepatuku. Refleks, aku tebas. Tebas apa? Ya, apapun yang ada di depanku, disini sangat gelap, aku tak bisa melihat apapun. Tapi, aku mengenai semacam rantai besi. Tempat apa ini? Apakah ini tempat penculikan anak?
“TOUKO!!! KO!! Lo dimana??! KO!!” teriak seseorang. Hah? Touko? Touko diculik?
“BOCAAAAHH!! Ente dimane sih?!” Hah? Itu suara Touko. Dia manggil bocah, berarti disini ada Touko dan Rui. Apakah ini asrama?
Aku meraba tembok, lantai dan jendela. Dan aku sangat mengenalinya. Ini tembok, lantai dan jendela asrama! Syukurlah, aku bisa pulang walau begini ceritanya.
RITSU POV END
Flashback End
 “Ooohh…gitu..” kataku lalu meminum segelas sirup mangga dengan dua tangan.
“Eeeeeei, tangan ane kok gak kebawa?” tanya Touko kaget.
Touko menatap tangan kirinya dan gue menatap tangan kanan. Masih diborgol tapi rantainya udah lepas. Kami bingung luar biasa.
“Hehehe…sepertinya aku telah membebaskan kalian. Soalnya, tanganku nyut-nyutan nih.” Ucap Ritsu.
“MAKASIH, RITSU!!” gue sama Touko berterima kasih sambil memeluk erat tubuh Ritsu sampe dia sesak napas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar