Masih
segment Author P!!! baca Woy! Part terakhir dari sesuatu
banget! Cerita ini dibuat pas lagi qurban.... tapi baru ngepost sekarang. Apa? gak ada yang nanya? yaudah, baca aja!
Tomcat Lovers, coy!|
“Ka…kamu ngapain di situ?!”Rui yang kaget
setengah mati memukul-mukul punggung Aoi yang penampilannya sudah sangat
berantakan.
“Tu..tunggu! jangan
pukulin aku terus, dong! Aku punya kabar buruk!”Aoi mencoba menghindar dari
pukulan Rui.
“………”saking takutnya,
Touko hanya diam saja duduk memandangi mereka berdua yang tengah asyik
ribut-ribut ria.
“Denger, deh! Tadi aku
ketemu Ayumi, katanya kita kena kutukan!”
“Hah? Masa! Kok
bisa?”teriak Rui makin menjadi-jadi.
“Kalian ingat dua
Minggu yang lalu? Kita pernah ketemu sama nenek tua di pinggir sungai dekat
asrama, kan?”Aoi mengingatkan. Rui mengangguk. Touko gigit jari. “Nah, coba
kita ingat-ingat apa yang telah kita perbuat, karena katanya nenek itu yang
mengutuk kita”
Flashback
Aoi dan Rui sedang
menyusuri indahnya malam Kota Tokyo saat itu. mereka tengah dalam perjalanan
pulang dari super market (sebenarnya kalah suit sama yang lainnya). Tiba-tiba
seorang nenek dengan berpakaian lusuh datang menghampiri mereka dengan membawa
sarung jokowi dan guling.
‘Aduh, jangan ke sini,
jangan ke sini… jijay banget tuh nenek. Kayaknya gembel yang di pasar baru,
deh’ucap Rui dalam hati.
‘Bener, tuh.
Mudah-mudahan jangan ke sini, mukanya udah ancur gitu, nyeremin. Ntar tahu-tahu
kita dicekek, lagi’jawab Aoi dalam hati yang entah mengapa bisa nyambung sama
Rui.
‘Ya, udah, mendingan
pergi yuk!’Rui tidak memperdulikan nenek itu yang jalannya sudah sempoyongan.
“Nak, tungguin
nenek”panggil nenek itu. Rui tidak memperdulikan nenek tersebut, namun berbeda
dengan Aoi yang hatinya tidak tega.ia kembali menghampiri si nenek dan
menawarkan bantuannya. Dengan terpaksa Rui mengikuti Aoi karena tidak mau
pulang sendirian.
“Nak…bantu nenek,
ya…”lirih nenek tersebut. “Temenin nenek, bobok, yuk!”lanjutnya lagi. Otomatis
membuat Aoi dan Rui terkejut.
“Ih, kagak sudi!
Kaburrrr….!”secepat kilat Aoi lari. Disusul dengan Rui yang pontang-panting
membawa belanjaan yang dilempar Aoi begitu saja. Sedangkan si nenek berusaha
mengejar mereka.
Tanpa menoleh ke
belakang, Aoi dan Rui yang akhirnya bisa menyusul, berbelok ke sebuah gang
kecil di pinggir kota. Rui merasa kesal karena harus membawa semua belanjaan
dan di tinggal lari sama Aoi yang larinya cepat.
“Hoy, emangnya ane babu
lo?! Bawa nih, belanjaanmu sendiri!”bentak Rui yang langsung melipat tangannya.
Aoi hanya terkekeh.
Keduanya kini tidak
khawatir lagi. Sepertinya nenek itu tidak dapat menyusul mereka. Mereka kembali
berjalan pulang ke asrama. Tanpa ada rasa takut, mereka bersenda gurau, tanpa
sadar, si nenek tadi ada dibelakang mereka sedang mengikuti.
“Waaaaaaa! Nenek itu
lagi! Ayo Aoi, cepat lari!”teriak Rui begitu menyadari si nenek ada di
belakangnya. Dengan cepat mereka kembali berlari menghindari si nenek, namun
apa daya, mereka terlalu lelah untuk terus berlari, dan si nenek tuh staminanya
luar biasa banget, kaya yang suka minum extra joss.
“Rui, aku capek, nih!
mending kita temenin tuh nenek tidur aja, yuk!”ucap Aoi seraya berlari.
“Ogah! Lu aja! Dari
pada gitu, mendingan ambil tuh lobak putih di keresek, terus lemparin ke si
nenek gila itu!”
“Ah, benar juga! Ok,
terima ini, nek! Syaaaatttt!”Aoi melemparkan beberapa lobak putih pada si
nenek. Namun si nenek dapat mengelaknya seperti agen 007. Pokoknya tuh nenek
keren abis, deh.
Aoi dan Rui kewalahan.
Mereka sudah tidak punya senjata apa-apa lagi. Belanjaannya habis melayang di
jalanan. Mereka hendak menyerah, namun begitu melihat sang nenek menabrak tiang
listrik, mereka kembali bersemangat untuk melarikan diri.
***
“Apa kita sudah
jauh?”tanya Aoi. Rui mengangguk. Setidaknya mereka lepas dari satu masalah.
“Tapi…. Kita gak bisa
pulang”lanjut Aoi yang mukanya berubah lesu.
“Kenapa? Harusnya kamu seneng
dong, si nenek udah gak ngejar lagi. Atau jangan-jangan kamu emang mau nemenin
si nenek itu tidur?”
“Ih, amit-amit jabang
monyet! Sambai lebaran Tomcat juga gak akan mau! Ngomong-ngomong, belanjaan
anak-anak habis di jalan buat ngelemparin tuh nenek”
“Apa?! Ya ampun, kenapa
tadi gak di sisain aja, sih? Kita jadi gak bisa makan seminggu!”
“Ah, benar juga! Aku
gak kepikiran sampai situ, jadi aku lempar aja semuanya”jawab Aoi penuh dosa.
“Kalau begitu, biar aku yang bilang pada teman-teman”
Mereka kembali berjalan
pulang dengan lesu dan tampang kusut benang wol yang habis dimainin sama
kucing. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan terkadang saling membuang
muka. Namun beberapa saat kemudian datanglah si mahluk menghampiri mereka.
“Hooy! Kenapa, nih?
wajahnya kok lesu gitu? Kalian habis belanja, kan? Mana belanjaannya? Oh, iya,
tahu, gak? Aku tadi habis main di pasar baru sama yayangku. Terus pas pulang
aku ketemu kalian, jadi sekarang kita pulang bareng, ya?”ucap Touko yang
langsung merangkul pundak Aoi.
“Belanjaannya habis,
terbuang di jalan”jawab Aoi dengan penuh penyesalan.
“Apa?! What?! You yang
bener, You? Why? Tell me, tell me…. Saya sebagai ketua, harus tahu apa yang
terjadi, you know?”tanya Touko yang lebay-nya selangit. Dan tanpa sadar, ia
menginjak halaman rumah seorang janda, yang baru ditanami tanaman sayurnya.
“Aduh! Mati aku!”
“Hooooy!!!!!
Tanamanku!!!! Tidaaaaaaak!!!! Awas, ya kalian! Ku kutuk kalian, dua Minggu
lagi, kalian akan dihantui oleh hantu!!!!”teriak sang janda.
GLEGARRRR! JDARRR!
DERRRR! DOOORRRR!
Petir seakan memberi
effect pada teriakan si janda.
“APA?!”*kamera zoom in
zoom out ke muka Touko, Rui, dan Aoi.
Flash Back END
***
“I..itu… ada glundung
pringis!!! Hwaaaaa!!!!”Ritsu berlari meninggalkan Ren di kamarnya. Namun beberapa
detik kemudian, bagaikan jet coaster yang sedang meluncur, Ren menyusul Ritsu
sambil berteriak-teriak. Udah gitu, Ren malah lari-lari ngelilingin ruang
tengah. Ritsu yang awalnya panik, jadi kesal dengan kelakuannya Ren.
“Hoy! Kalau kau terus
begitu, aku tinggal, loh”
“Eh, jangan-jangan. Aku
takut kalau sendirian, terus kita harus gimana? Ni asrama udah berhantu, apa
yang harus kita lakuin? Mana gak bisa nonton Mpok Nori, lagi!”ucap Ren seraya
berhenti berlari dan menghampiri Ritsu.
“Kita keluar aja dari
asrama ini sampai yang lainnya datang”
“Ah, ide bagus!”
***
MINATO POV
Buset, dah! Tuh dua
laki tega banget ninggalin aku yang cantik ini di sini. Mana serem banget lagi
sekolah ini. Aku mencoba membangunkan sarden-sarden tewas ini agar cepat
pulang. Tapi asli, bagaikan manusia mengangkat gunung, nih sarden-sarden susah
banget dibanguninnya.
“Minato, apa yang kau
lakukan di sini?”tanya seseorang di belakangku. Aku berbalik dan merasa lega
dia adalah Michiko (Gita), bukan sesuatu yang aneh.
“Ah, bisakah kau bantu
aku membangunkan mereka semua agar cepat ke asrama?”tanyaku. kulihat ia
senyam-senyum sendiri.
“Hmmm…. Gak usah
dibangunin, mending kita bawa aja mereka semua sekaligus”
“Ha? Gimana caranya?”
“Pake ini”jawabnya
dengan ceria. Asal kalian tahu, ya.. yang dibawanya adalah gerobak sampahnya
mang Otong #gubrakk. Dasar, dia itu terlalu polos, tapi bagus juga idenya,
sekalian kita kerjain aja, heheheh…
“Ok, kita pake itu,
tapi….. “ucapku menggantung, biar dia penasaran kayak yang di sinetron-sinetron
gitu.
“Tapi apa?”
“Sebelum pulang, mari
kita melukis”jawabku mantap
MINATO POV END
***
Suasana hening sejenak
(sebenarnya emang dari tadi hening).
“Itu, sih, bukan
neneknya yang ngutuk kita, tapi si jandanya”Touko membuka suara. Aoi dan Rui
mengangguk.
“Sudahlah, pokoknya
sekarang kita harus pulang. Tapi..ada yang tahu jalan pulangnya?”Aoi bingung.
“Tenanglah anak-anak,
aku akan bersedia untuk membantu”ucap seseorang yang serba putih, parasnya
cantik dan punya sayap bagaikan malaikat, tapi…. PAKE SENDAL!!!!
“Waaaaaaa! Siapa
kau?!”teriak mereka bertiga serempak.
“Tenang, aku Bundadari,
aku adalah sang penolong”
“Tapi kenapa kau mau
menolong kami? Kan masih banyak yang kesusahan?”tanya Rui penasaran.
“Hmmm… benar juga,
kenapa, ya?”#Gubraaakkk!!!!
“Ah, aku ingat, jadi
begini ceritanya….”
Flash Back
Bundadari POV
Sepulangnya dari asrama
9-10, aku sama Ayumi langsung pulang ke stand peramal. Ayumi langsung duduk
dengan sigap menanti pelanggan, dan aku langsung meyalakan TV, mau nonton Putri
yang Ditukar.
“Bundadari!
Bundadari!”Ayumi memanggil-manggilku. Ih, berisik banget! Lagi seru, nih..
“Apa?!”teriakku dari
ruang TV.
“Belikan kecap, sana!”
“Ogah!”
“Ya sudah, kalau gitu
gak usah makan!”
“Iye… iye… aye ngerti!
Mana uangnya! Jangan lupa lebihin onkosnya, mau beli teh gelas”
“Noh…”Ayumi memberiku
sepuluh ribu. Ih, pelit banget, kalau seginimah aku cuman dapet seribu, gak
bisa beli oreo sama coki-coki juga!
Aku cepat-cepat berlari
ke warung Bu Onoh, eh, sialnya udah tutup. Terpaksa aku harus ke Indomart di RW
sebelah, tapi karena saking gelapnya, aku jadi nyasar kesebuah hutan yang amat
lebat. Saat itu pula aku berjalan sendirian tanpa tahu arah, dan akhirnya aku
bertemu dengan beberapa anak.
Bundadari POV END
Flash back End
“Itumah elu juga
kesasar, bego!”ucap Touko dengan nada setengah oktaf.
“Mmm…. Iya juga, sih.
Tapi kan kata author aku akan membantu kalian….”jawab bundadari dengan wajah
memelas.
“Eh? Apa author?
Maksudnya author P?”tanya Aoi penasaran. Bundadari pun mengangguk.
“Ih, mendingan jangan
ada urusan sama author yang satu itu, nanti peran kalian dibikin ngenes, loh.
udah lah, pokoknya turutin aja, ceritanya kia ditolong bundadari, terus
berhasil keluar hutan dengan selamat”ucap Touko lagi.
Yah,
pokoknya begitulah ceritanya.. GJ? Emang! Mau apa luh? Mau bilang Brot sambil
mandiin nenek tetangga? Silahkan!
***
Di waktu yang sama, Ren
dan Ritsu tengah sibuk mencari tempat bersembunyi yang menurut mereka aman.
Mereka memanjat sebuah pagar yang tingginya 5 meter dengan menggunakan sepatu
kaki cicak.
Iklan dulu!
SEPATU KAKI CICAK!
Dapatkan! Keluaran baru Ritsu Entertaiment!, sepatu kaki cicak.
Sepatu kaki cicak dapat membantu anda memanjat dinding setinggi apapun!
Memiliki cairan perekat yang sangat kuat untuk satu kali pemakaian!
Buruan deh, beli sekarang juga, edisi terbatas!
Untuk 10
pembeli pertama akan mendapatkan gelas cantik bergambar Big Dayoyet
Balik ke
cerita!
Entah dinding apa yang
mereka panjat, kini mereka sudah berada di dalamnya. Mencoba mengamati keadaan
sekitar.
“Ritsu, apa tempat ini
aman dari siswanti?”tanya Ren.
“Gak tahu, tapi
kayaknya aku pernah liat tempat ini, deh”
“Iya, benar juga,
tunggu….”Ren diam sejenak mengamati tulisan di sebuah papan dengan lampu-lampu
di pinggirnya.
“Ritsu, lihat ini”
“Apa? Hah?! I…ini….”
“Kandang Monyet!”
Flashback
Ren POV
Aku dan Ritsu berlari
meninggalkan asrama yang kena kutukan itu, entah mau pergi kemana, pokoknya
lari dulu dan jangan lihat ke belakang. Kulihat Ritsu hanya memakai kaus kaki
sebagai alas kakinya. Dasar bodoh, harusnya dia jangan terlalu panik, kayak aku
gitu, walaupun ada kejadian seperti tadi, aku tetap tenang (dusta pada diri
sendiri)
“Ritsu, hahaha…. Kamu
gak pake sepatu, ya? apa saking takutnya sampai lupa pakai sepatu?
Hahahaha…dasar bodoh!”ujarku meledek seraya berlari.
“Enak aja, siapa yang
panik, kalau tadi kamu gak jenggut-jenggut rambut aku, pasti aku sempat memakai
sepatu. Lagi pula yang bodoh itu kamu, seenaknya berkata seperti itu, tapi
sendirinya gak pake apa-apa”jawabnya sambil terus berlari.
“Wah, benar
juga!”teriakku yang baru menyadari hal itu. aku bertelanjang kaki! Kemana
sepatuku? Seingatku, aku sudah pake lem tadi.
“Ngomong-ngomong, kita
mau ke mana? Kita gak mungkin lari-lari terus sampai pagi, kan?”
“Ah, benar juga! Ayo ke
kiri!”jawabku asal.
“Kau tahu daerah sana?”
“Tentu”jawabku mantap.
“Sekarang ke kanan!”
“Aku agak meragukanmu”
“Udah, pokoknya ke
kanan aja”aku sangat yakin. Ah, ternyata jalan buntu. Di situ hanya ada tembok
besar. “Wah, saya salah besar”
“Huuuu….. udah, yang
penting panjat dulu! Nih, kemaren aku beli sepatu kaki cicak di gang saleh,
kebetulan belinya dua, dan belum dikeluarin dari tas”Ritsu memberikan sepatu
anehnya itu padaku.
Flash back END
“Ka..kandang
monyet?!”kataku masih tidak percaya. “Bagaimana, ini? Masa kita nyasar ke
kandang monyet, sih?”tanyaku.
“Pantas saja aku pernah
melihatnya, ini kan kandang monyet punya Pak Dayoyet, hmmm…”taelah, tu anak,
bukannya khawatir, malah duduk sambil minum teh yang gak tahu dapet dari mana.
“Woy, kok malah santai,
sih?! Kamu gak tahu, ya? kalau monyet-monyet peliharaan si bapak tuh segede
gaban semua, kayak godzila!”
“Wah, masa? Terus aku
harus bilang prĂȘt sambil nyulik kucing orang, gitu? Udah, bawa santai aja,
mendingan ikut aku minum teh, nih”ucap anak dodol ini masih dengan santai.
“Ah, iya makasih”gak
tahu kenapa bego gue lagi kumat. Aku ikut duduk di sebelahnya. Untuk beberapa
saat, suasana sunyi. Aku dan Ritsu menikmati acara minum teh di alam liar ini.
“Hmm… ngomong-ngomong,
tadi kamu bilang monyet di sini gede-gede?”tanyanya. aku mengangguk. “Apa
monyetnya kayak gitu?”lanjutnya sambil menunjuk sesosok bayangan yang perlahan
mendekat. Sekali lagi aku mengangguk.
“Buset! Itu emang monyetnya!”teriakku
dan tidak sengaja menumpahkan teh-ku ke karpet yang entah darimana Ritsu dapat.
“Apa?! segede gitu?!
Kenapa gak bilang dari tadi?!”Ritsu menyemburkan teh dari mulutnya.
“Sssssst… jangan ribut,
sekarang kita panjat tembok ini aja lagi pake sepatu kaki cicak”ajakku.
“Kamu gak liat iklan
tadi, ya? kan cuman buat satu kali pemakaian”jawab Ritsu dengan tatapan yang
berarti ‘Anak ini bodoh, ya?’
GUBRAKK!!!!
“Kenapa kamu beli,
kalau cuman bisa dipake sekali!”teriakku lagi kesal.
“Kalau pengen gimana?
Kan situ bukan emak gue. Lagi pula jangan teriak keras-keras! Nanti monyetnya
datang”Ritsu menjitak kepalaku.
“Aduh, iya maaf”
“Ini semua gara-gara
kamu!”bisik Ritsu seraya masuk ke dalam semak-semak.
“Kok jadi aku,
sih?”tanyaku sewot. Aku juga masuk ke dalam semak-semak tersebut.
“Habisnya kamu ngasih
tahu arah sok tahu banget, sih! Rugi tadi aku nanya kamu!”Ritsu cemberut. Aku
juga cemberut gak terima dengan kata-katanya.
“Loh, bukannya kamu
yang ngusulin manjat pager kayak begini? Terus pake sepatu kaki cicak segala,
yang cuman bisa satu kali pakai?! Itu yang paling fatal, tahu!”
“Sorry, waktu itu aku
ngomongnya gak pake otak!”jawabnya dengan polos.
“Bego!”
“Lu yang bego! Lain
kali jangan ngandelin aku!”
“Yeee….. lain kali
jangan beli sepatu kaki cicak, lain kali langsung beli sepatu kaki tokek, biar
bisa lima belas kali pemakaian”jawabku iseng.
“Sepatu kaki tokek
belinya di mana? Kalau sampai lima belas kali pemakaian kayaknya mahal, tuh.
Aku gak punya duit lagi”
“Bego! Mana ada yang
begituan!”
“WOY! Nyadar, dong lu
yang bego! Sekarang liat ke belakang, tuh! Kamu ngjinjek kotoran
monyet!”WHAT??!!!!!!!! AAARRRGGGGHHH
Ren POV END
***
Ritsu POV
Cukup lama aku dan
mahluk titisan tomcat ini menunggu pertolongan di kandang monyet. Aku sama
sekali tidak mau berdebat dan dekat-dekat lagi dengannya semenjak ia menginjak
kotoran monyet. Harus jarak 1 meter.
GUBRAK!!! KRESESESKK!
BLAR!!! DOAAARR!!
Terdengar suara benda
jatuh di belakangku dan Ren. Tunggu, aku pernah melihatnya!
“Ritsu… itu.. itu..
kan… orang yang tadi kita temui”
“Ya, aku ingat! Dan
dia…masih juga….”
“PAKAI SENDAL!”teriakku
dan Ren sambil menunjuk-nunjuk orang itu yang ternyata Bundadari disertai Rui,
Touko, dan Aoi.
“Aduh, bundadari kalau
terbang yang bener, dong!”protes Rui.
“Habisnya… kalau Touko
gak gigit-gigit bulu sayap bundadari, bundadari gak akan nabrak tiang listrik
tadi”bundadari membela diri.
“Mau gimana lagi? Ane
takut ketinggian!”
“Siapa suruh, takut
ketinggian!”giliran Aoi sekarang.
“……”aku dan Ren hanya
diam melongo melihat mereka.
Udah, deh, pokoknya
singkat cerita, aku, Ren, Rui, Touko, dan Aoi, numpang sayapnya bundadari yang
udah miring-miring ke kanan terbangnya untuk kembali ke asrama.
Ritsu POV END
***
“Hah, akhirnya kita
sampai juga di asrama”Touko melepas sepatunya.
“Aku mau langsung makan,
ah”ucap Ritsu seraya melempar sepatu kaki cicaknya.
“Aku mau tidur”ucap Rui
singkat.
“Aku mau dengerin lagu
Big Dor, ah”Aoi memasuki pintu asrama.
“Aku mau nonton Mpok
Nori”teriak Ren.
Mereka berlima pun
langsung masuk asrama tanpa berterima kasih pada bundadari. Bundadari pundung
dan langsung pulang tanpa membawa kecap.
“WAAAAAAAAAA!!!! Banyak
mayat!!!!”teriak mereka berlima seraya berlari keluar asrama tanpa mengenakan
sepatu. Gita dan Minato yang sedari tadi bersembunyi keluar dari balik gorden.
“Hahahahaha! Mereka
lucu sekali! Padahal kita kan cuman nyorat-nyoret murid lainnya dengan
lipstick”Minato tertawa terbahak-bahak.
“Hah? Emang kenapa
kalau misalnya dicorat-coret? Aku nggak ngerti”jawab Gita polos.
“Au ah!”
***
Haaaaaa!
Akhirnya dapat bernapas bebas! Akhirnya sesuatu banget berakhir juga! Sumpah
capek banget! Oh, gak ada yang nanya, ya? biarin! Sekarang author pingin cuti
dua minggu! Capek! Capek! Author N, situ aja yang ngegantiin ane, ok? #author
N: Ogah! Gak sudi!
Pokoknya,
BANZAI!!!!!! *lari-lari keliling RW liat sapi kurban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar