AUTHOR N
THANK
KOYOI
KAZU POV
“Heh, bocah, lo
kenapa sih?”Tanyaku heran.
“Loh gag liat hue kegiginan? (lo gak liat gue kedinginan?)”jawab Rui.
“Hah? Maksud lo..”aku menempelkan punggung tanganku di
jidat jenongnya, pipi kanan, pipi kiri dan lehernya.
Ah, pasti ini gara-gara kemaren ngambil jemuran yang
terbang-terbang. Aku jadi merasa bersalah. Yang aku liat sih semalem dia tidur terus
di sofa. Hm..Kuk belum datang juga? Kemana sih bebebku ini? Apa yang harus ku perbuat
saat ini?
Tiba-tiba, Kuk datang dengan tubuh basah kuyup sambil membawa
keresek besar beraroma bakso Mang Sobir. Mukanya terlihat lesu sekali. Karena keponya
kambuh, dia bertanya-tanya apa yang terjadi saat ia pergi.
“Apa? Rui s…sa…sakit?! Cius? Miapa?”Tanyanya heboh banget.
“Miyoyeng!”jawabku singkat padat dan tidak jelas.
Tanpa ada aba-aba, Kuk langsung mengambil selimut di
kamarku dan menyelimuti Rui (kenapa kudu pake selimut gue ya?) lalu dia mulai riweuh
dan virus riweuh itu menular padaku.
“Ah, bagaimana ini? Anak kita sakit, sayang!” Kuk heboh.
“Gue juga gak tau, beibh! Apa yang harus kita lakukan?
Telpon dokter?”tanyaku.
“Jangan, biayanya mahal! Coba ukur suhut ubuhnya!”perintah
Kuk.
Aku segera mengambil thermometer di kotak P3K lalu memasukkannya
kemulut Rui. Termometer menunjukkan angka 37,60 (pengen deh dapet nem segitu).
“Wah, panas sekali bocah ini!”seruku ikutan heboh.
“Ini salahmu, beb! Kenapa kau mengajaknya ujan-ujanan?
Diakan belum makan! Kau ini bukan orang tua yang baik!”ucap Kuk menasihati.
“Salahmu juga, say! Kenapa kau lama sekali Cuma beli makanan
doang, hah? Dia udah bosen dan kelaparan tau!”balasku.
Tiba-tiba seseorang dari arah dapur menghampiri ruang tengah
dengan nada jalan yang santai.
“Kalian ini ribut amat sih? Lihat, Rui lagi sakit. Kenapa didiemin
aja? Kalian malah ribut sendiri.”ucap orang itu yang ternyata Koyoi.
“Memangnya apa yang harus kita lakukan? Kau jangan sok tau
ya!”bentak Kuk.
Koyoi tak menghiraukannya. Ia bergegas mengambil kompres lalu
meletakkannya di jidat Rui. Kemudian, ia menaruh bakso ke dalam mangkok lalu memotongnya
kecil-kecil. Aku dan Kuk hanya tersepona melihat tingkah aneh anak ini.
Biasanya, Koyoi itu orang yang cuek, dingin, dangak peduli sama apa pun yang
ada di sekitarnya. Tapi, dugaan ku salah, ternyata dia anak yang perhatian sama
temannya. Contohnya ya sikap dia saat ini.
Koyoi membangunkan Rui dengan cara lembut seperti cara
Hana membangunkan seseorang. Setelah Rui terbangun, Koyoi menyuapkan sesendok bakso
kecil padanya. Terlihat dari sorot matanya, dia merawat Rui dengan penuh kasih sayang.
Aku jadi terharu melihat tingkahnya saat ini. Aku tak menyangka bahwa Koyoi bisa
bertingkah seperti ini. Setelah baksonya habis, Koyoi meminumkan susu hangat untuk
Rui lalu memberinya obat penurun panas.
“Apakah begitu sikap kalian kalo liat temen kalian lagi sakit?”tanyanya
dengan nada yang dingin.
“Te..terimakasih, Koyoi.”ucapku.
Koyoi memakai jaket kulit berbulu dan sepatu boots panjang
lalu pergi meninggalkan asrama tanpa bilang mau kemana. Aku bingung sekali.
Jadi, aku dan Kuk hanya bisa duduk terdiam dan memandangi wajah Rui yang
memerah.
“Apa kau melihat keanehan pada Koyoi?”tanyaku.
“Sangat terlihat!”jawab Kuk tetap heboh.
“Ah, Rui terbangun!”seru Kuk.
“Kak….Kak Ritsu…Kak Aoi…” suara Rui terdengar lirih.
Rui emang paling apet sama Ritsu dan Aoi. Ia mengan gap bahwa
Ritsu dan Aoi adalah kakaknya sendiri. Jadi, dalam ingatannya hanya Ritsu dan Aoi
saja.
Tiba-tiba, sebuah tangan yang sedang memegang thermometer
muncul dihadapanku dan Kuk.
“Hmm..bagus. 36,85derajat.”ucapnya yang ternyata itu Koyoi.
Aku kaget. Kapan dia datang? Mengapa tak terdengar suara pintu
dan langkah kakinya? Emang cewek ini sungguh misterius! Dia datang membawa sekantong
bubur instan lalu memberikannya padaku.
“Kalo Rui laper, beri saja ini.”katanya singkat lalu ia pergi
kekamarnya dan tak pernah keluar lagi.
“Rui, lo udah gapapa kan?”Tanyaku gugup.
Ia hanya mengangguk kecil kaya grup band Metal lagi konser.
Kemudian dia bangun dan duduk sila sambil memegangi selimutku. Mukanya masih pucat
dan merah. Lalu ia menanyakan dimana Ritsu dan Aoi.
“Aku lihat mereka di…”
Ting…tong… Bel asrama berbunyi.
Aku berlari membukakan pintu. Yang datang ternyata…Suki,
Hana, Ritsu, Ren, Aoi, dan Touko. Mereka membawa berbagai macam makanan dengan bahan
utama bakso. Ada apa sebenarnya ini?
“Kami khawatir sekali begitu mengetahui kalo si bocah sakit.”ucapTouko.
“Katanya, Rui sakit gara-gara Kazu yang mengajaknya ngambil
jemuran kemarin.”ucap Suki.
“Hey, yaoi menjijikkan,
berani-beraninya membuat Rui sakit! Dasar bodoh!”bentak Ritsu padaku sambil memegang
erat kerah kemejaku. Nyaliku langsung menciut.
“Harusnya gue yang nanya kenapa lo semua pergi ninggalin kita
berempat seharian ini, hah? Kalian gak taukan apa yang dia miku dan Rui kemarin?”Kazu
esmosi.
Aoi berjalan
mendekati si bocah.
“Maaf,
ini salah ku. Gak seharusnya aku meninggalkannya.”ucapAoi sambil menggosok rambut
Rui dengan agak kasar.
“Kalian
ini abis dari mana sih?”Tanya ku kepo banget.
“Kami
kan dari festival bakso di persimpangan sana. Kuk juga datang kok walau tak di ajak.”jawab
Touko mewakili semuanya.
“Gara-gara
lo, kita jadi disalahin nih!”Ritsu protes padaTouko.
“Hep!
Bentar, t..tapi, kenapa kalian bisa tau kalo si bocah sakit? Aku dan Kuk kan tak
memberitahu kalian.”tanyaku bingung.
“Lihat
ini, orang cuek kaya Koyoi aja bisa perhatian sama si bocah.”jawab Touko sambil
memperlihatkan sms dari Koyoi.
“Koyoi?!”seru
Rui lalu ia berlari menuju kamar Koyoi.
Aku mengikutinya
besama Aoi dan Ritsu. Ia membuka pintu kamar Koyoi dan langsung memeluknya dari
belakang. Rui mengucapkan terimakasih pada Koyoi dan berjanji akan mentraktir Koyoi
kue pudding di toko kue yang baru buka di seberang sekolah.
“Gak
usah, Rui. Aku hanya ingin membantumu. Inget ya, kamu masih bocah, jadi jangan ikut-ikutan
si Kazu apa lagi si Kuk itu yang udah kakek-kakek.”kata Koyoi sambil tersenyum.
“Koyoi,
ini lo benerankan?”tanyaku heran.
“Menurut
lo?”tanyanya ketus.
“Menurut
gue, ini bukan lo tapi, bidadari yang jatuh dari surge dihadapanku (e…a) yang
merasuki tubuhmu.”jawabku.
Dzig!
Gubrag!
“Keluar!”
perintahnya keras.
Aku dan
semua orang di asrama termasuk Rui nyalinya langsung menciut seciut daun kering
dan lalu meninggalkan kamar Koyoi.
Koyoi
itu cewek yang cuek, dingin, galak dan paling gak mau kalo diganggu. Saking dinginnya
dia ,aku sampe kagum melihat tindakannya tadi padaRui. Ternyata, dibalik sikapnya
yang dingin, dia orang yang penyayang dan perhatian juga. Aku salut bangetlah sama
dia!
KAZU
POV END
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar