Masih pada hari yang
sama, suasana di asrama sangat sepi. Hanya ada Ren yang seadari tadi
tidur-tiduran di ruang tengah. Semua anak-anak 9-10 belum ada yang kembali
selain dia. Ia merasa sangat lelah, setelah disiksa oleh guru les-nya yang
killer banget. Pikirannya kalang-kabut memikirkan nilai ulangannya yang
jelek. Jadi intinya dia sedang
galau-galau gimana, gituh.
Ia menggapai remot tv
yang berada di atas sofa, dan menyalakan tombol on. Ren mencari-cari channel
yang seru, seperti acara kesayangannya ‘Ada Apa Dengan Mpok Nori Setelah Mandi
Tujuh Kembang’. Yah, itu variety show yang menceritakan keanehan-keanehan yang
dialami Mpok Nori setelah mandi tujuh kembang, di tujuh air terjun, tujuh hari
tujuh malem, dan di channel tv tujuh. Pokoknya semua tujuh. Tapi yang
ditemukannya hanya acara-acara yang membosankan seperti ‘Master Cecef’,
‘Indonesia Mencari Zakat’, ‘Termewek-mewek’, ‘Konser Akbar Cherrybelle
featuring Pak Tarno’, dan yang terakhir ‘Miss Waria Indonesia’. Dengan
terpaksa, dari pada bosan, Ren memilih untuk menonton Miss Waria Indonesia.
Kriiieeett…… Braak!
Terdengar suara pintu
depan asrama terbuka sambil dibanting. Ren sangat kaget. Saking kagetnya, es
doger yang sedang dipegangnya terlempar ke atas TV dan menyebabkan TV tersebut
mati sambil mengeluarkan asap.
“Siapa itu?”Ren
bertanya-tanya. Namun tidak ada yang menjawabnya. Padahal Ren yakin sekali ada
orang yang membuka pintu. karena penasaran, Ren memutuskan untuk menghampiri
pintu asrama. Sesampainya di sana…
‘Tidak ada
siapa-siapa’ucapnya dalam hati sambil celingukan. Pintu asrama memang terbuka
dengan saat lebar, tapi tidak ada siapa-siapa. Jantung Ren berdetak sangat
kencang Dag Dag Dag Dag Dag Dag Dor, gitulah, bunyinya kayak orang lagi
takbiran.
‘Hiii… serem. Apa
jangan-jangan ada Siswanti di sini?’ucapnya lagi dalam hati. Perlahan ia
menutup pintu yang besarnya segede gaban dan cepat-cepat kembali ke ruang
tengah untuk melanjutkan acara Miss Waria Indonesia-nya.
“What?! TV-nya is
dead!”teriak Ren dilebay-lebayin ala-ala Omas salah satu artis kesukannya. Tapi
memang aneh, TV yang tadi ia biarkan menyala, sekarang sudah tidak bernyawa.
‘Sepertinya memang ada sesuatu di sini’pikir Ren. Dengan cepat ia menepis
pikirannya itu. ia tidak mau berpikiran negatif, karena ia sudah negatif.
Kruyukkk…kru..kru..kruyukk….
#lebay banget suara perutnya.
Kali ini perut Ren
sudah tidak bisa diajak kompromi. Ia pergi ke dapur untuk mencari beberapa
makanan sisa kemarin. Ia harap masih ada Lumpia Tomcat sama Jus kecoa. Ia
memasuki dapur. Dilihatnya seseorang sedang membelakanginya. Dengan cepat ia
menyimpulkan, bahwa orang itu salah seorang temannya, yang tadi membuka pintu,
dan mematikan TV. Ren menghampiri orang tersebut dan memegang pundaknya. Orang
itu pun berbalik dengan darah di sekujur tubuh bagian depannya.
“Waaaaaa!!!!!”teriak
Rend an orang itu bersamaan.
***
RITSU POV
“Waaaaaa!!!!!”teriakku
dan seseorang yang ternyata adalah Ren. Dia langsung ngacir ninggalin dapur,
kayaknya ke ruang tengah. Kenapa, sih? Kok kayaknya hari ini semua orang
jerit-jerit mulu. Kamseupay ah. Setelah mengambil es jeruk campur tahu isi
Tomcat dari kulkas, aku menyusul Ren ke ruang tengah.
“Loh, hilang”kataku
pada diri sendiri. Di ruang tengah tidak ada Ren. Hanya ada setumpuk selimut di
atas karpet. Aku pun duduk di atasnya.
Nyeeeet..
“Aw! Sakit! Sakit!”teriak seseroang di dalamnya.
Hmm…ini pasti Ren. Aku kembali berdiri dan pindah ke sofa.
“Waaaaa!”teriaknya lagi
setelah melihatku. Apaan, sih? Aku kan bukan setan, atau Mpok Nori si artis
kesayangannya itu, kenapa diteriakin terus, sih.
“Woaaaaa! Waaaa…!
Yaowww….! Arrrghhh!”nah loh, dia teriak-teriak gak jelas. Kayaknya kesambet
arwah Tomcat yang mati dipukul olehku kemaren. Bukannya berhenti, si Tomcat ini
malah teriak makin kenceng.
“He, hey! Kenapa, sih?
Teriak-teriak mulu! Berisik tahu!”aku sedikit jengkel. Kulempar mukanya pakai
bantal, akhirnya dia berhenti bersenandung ala-ala Tomcat kejepit itu.
“Kaa…kau?”dia
gelagapan. Aduh, mukanya gak nahan banget. Aku pingin nabokin dia saking
lucunya. Haha… “Kau, Rui?”lanjutnya. aku mengangguk sambil menyeruput es jeruk
spesialku.
“Ke…kenapa badanmu
penuh darah? Kau habis membunuh orang? Atau itu darah Tomcat yang kamu pukul
kemarin? Atau itu darah Siswanti? Atau itu darah kucing tetangga yang kamu
masak? Atau itu….. darahmu sendiri?”perlahan ia mendekatiku. Seperti seorang
detektif polisi yang sedang menginterogasi pelaku pencurian Sapi hamil.
Wajahnya sekarang jadi biasa aja, kayak biasa, loyo.
“…….”aku hanya diam
mendengarnya. Tambah jengkel karena dia banyak nanya sampai mulutnya berbusa.
Ditambah lagi, pertanyaannya yang nggak-nggak. Sempit banget, sih pikirannya.
Emangnya aku psikopat!
“Kau.. jangan-jangan
kau…..mem..”sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah melempar es jeruk
spesialku ke mukanya sebelum dia nanya yang aneh-aneh lagi.
***
Kami duduk berdua di
atas karpet, di ruang tengah menunggu yang lainnya pulang. Aku sudah
menjelaskan semuanya tentang noda cat yang ada di tubuhku. Aku juga sudah
membersihkannya. Sekarang dia cekakan kayak orang gila kesambet arwah lalat yang
dipukulin sama pedagang makanan di pasar. Sekaarang dia ribut sendiri. Aku
hanya diam melihatnya. Gak tahu, ah. Aku gak ngerti sama orang ini.
Jangan-jangan dia bener-bener sakit jiwa.
“Hahahahaha….! Jadi,
tadi kamu yang ngebanting pintu sama matiin Tv juga?”tanyanya sambil
muter-muter.
“Hah? Aku gak masuk
lewat pintu, kok. Aku manjat jendela dapur. Terus, kalau TV udah gak bernyawa
sama berasap pas aku liat ke sini. Di atasnya ada bekas es doger gitu”jelasku.
Yang tidak mengerti maksud dari pertanyaannya. Wajahnya pucat seketika layaknya
orang mati. Ia berhenti muter-muter dan cepat-cepat menghampiriku. Duduk manis
di sebelahku. Diam seribu bahasa. Kayaknya nih orang mulutnya di sumpel
Siswanti, deh.
“Woy, kok malah diem?
Memangnya ada apa, sih?”tanyaku penasaran.
“Ah, itu… kalau bukan
kamu yang ngebanting pintu, siapa lagi? Apa ada orang lain selain kita di
sini?”dia balik bertanya. Aku menggeleng. Setahu aku, gak ada siapa-siapa lagi.
“Terus…..”
Blatz!
Lampu tiba-tiba padam.
Ren berteriak lagi. Aku sibuk ngegrepe-grepein dia, takutnya lari-lari gak
jelas sampai ngehancurin barang nanti. Aku mengeluarkan HP Cross-ku yang kubeli
dari Ayu Ting-Ting setelah adu mulut masalah harga.
“Ritsu… aku tatut….”Ren
menggoyang-goyangkan tanganku. Beuh, dasar momy boy.
“Di sini gelap. Kenapa
setelah kamu cerita itu, lampunya langsung mati, coba? Jangan-jangan beneran
ada sis….”
“Waa…! Waa…! Wa…! Udah
diem! Jangan nakut-nakutin aku!”teriaknya. Harusnya kamu yang diem. Ni anak,
gak bisa tenang dikit, ya? Nanti aku masukin ke komunitas frustasi deh, yang
hobinya teriak-teriak.
“Udah, kita ke dapur
aja, yuk”ajakku menarik tangan Ren dengan paksa. Sumpah, berat banget kayak
narik kerbau abis disembelih. Ni anak gak mau jalan sendiri.
“Mau ngapain? Dasar
gembul, sekarang bukan saatnya nyari makanan”aaarrrrgghhh! Dia ini bikin aku
naik darah. Ke dapur buat nyari lilin maksudnya, dodol! Karena kesal, aku
meninggalkannya sendiri di ruang tengah. Aku berjalan ditemani oleh HP
Cross-ku.
Akhirnya sampailah aku
di dapur. Dengan cepat aku mencari lilin yang ada di dapur. Tiba-tiba terdengar
suara seseorang berlari ke arahku.
Dok..dok..dok… brakk!
Krumpyang! Praaak! Brugh! Dok..dok…dok..
Yah, seperti itulah
bunyinya. Dok..dok..dok.. itu adalah suara langkah kaki seseorang berlari di
lantai kayu asrama, tapi kalau yang lainnya gak tahu, deh. Tapi siapa itu? kok,
ribut banget. Aduh, aku jadi risih sama suara itu. perasaanku gak karuan.
Khawatir, takut, dan galau (apa hubungannya sama galau?). Suara itu semakin
mendekat hingga akhirnya sesuatu menabrakku dengan sangat keras. Seketika
tubuhku terbanting ke lantai.
“Aw”aku merintih
kesakitan
Criing……!
Lampu akhirnya kembali
menyala. Ah, padahal minggu kemaren aku baru beli lampu ini. Masa udah jelek
gini, sih. Lain kali aku beli lampu sinyoku aja. Oh iya, balik ke cerita. Butuh
beberapa detik untuk menyadari seseorang yang terjatuh di depanku setelah
menginjak katel.
“Kau…?”aku mengenalnya.
Tentu saja aku mengenalnya.
“Kau… juga?”ucapnya
sambil menunjuk ke arahku.
“Huwaaaa! Jahat! Kenapa
kamu ninggalin aku?! Eh?”Ren tiba-tiba datang sambil nangis. “Kenapa kalian
berdua jatuh? apa kalian nabrak?”
RITSU POV END
***
Fuuuh….akhirnya
sesuatu banget bagian tiga part 2-nya selesai juga. Tungguin part tiga
selanjutnya, ya… akhir dari trilogy sesuatu banget. Penasaran dengan Kuk, kan?
Bagaimana nasibnya, Minato dan Sakurai? Lalu siapa orang yang menabrak Ritsu?
dan bagaimana arwah Tomcat yang mati kemaren?#loh, ngapain disebut? Penasaran, kan?
Makanya… tonton terus Mpok Nori’s Diary#plak! Hahahaha… bercanda. Pokoknya
tunggu aja, dan untuk anak-anak 9-10, yang belum disebutkan, sama yang masih
sedikit perannya, tenang pasti keluar kok.
***
Hahhh…..
Author P mau ke Puskesmas dulu! Author P END