Rabu, 28 November 2012

MALAIKAT KECIL (part 1)

MARA POV
“Aih, lucunya…manis sekali..” puji Michiko.
 “Sampe kapan dia bakal disini?” tanya Atsuya.
“Yah, sampe nanti. Aku juga gak tau.” Jawabku.
-Flashback-
Huaaa….mama….huaaaa…..huweeee….hiks..hiks…
Terdengar suara bayi dari luar. Ini sangat aneh, biasanya gak ada suara bayi, suara anak kecil aja kaga ada. Saat itu, Mara yang lagi ngangkat jemuran terkejut. Ia langsung turun menuju sumber suara. Begitu Mara membuka pintu..
“Hey, kamu ngapain disini? Mana mamamu?” tanya Mara.
Mara celingukan di luar, tak ada seorangpun yang terlihat selain tukang sol sepatu dan tukang bajigur terlihat sedang asyik ngobrol di seberang.
“Mang, ini anak emang bukan?” tanya Mara.
“Bukan atuh neng, pan eneng tau sendiri anak emang gak dibawa kesini.” Jawab tukang bajigur.
“Pan eneng tau emang teh belum punya bini.” Jawab tukang solpatu.
Mara hanya mengangguk lalu membawa balita itu masuk ke asrama. Mara membawanya ke kamar dan menidurkannya. Tiba-tiba, Kazu tak sengaja lewat kamar Mara yang terbuka cukup lebar. Ia melihat balita tertidur diranjang Mara.
“Anak siapa tuh? Kok di kamarnya Mara dan Ape? Sejak kapan mereka punya anak? Jangan-jangan…” gumam Kazu.
Karena Kazu mulutnya lumayan ember, Kazu mulai riweuh memberitahu ke sebagian penghuni asrama. Diantaranya, Ren, Taiyo, Atsuya, Kuk, Michiko, Suki dan Ritsu.
“Yang bener?” tanya Ritsu heboh.
“Kalo gak percaya, kalian semua cek aja ke kamarnya!”
Semua pergi menuju kamar Mara. Mereka celingukan kaya mau maling. Tiba-tiba, anak itu terbangun karena keributan yang dibuat Kazu dkk.
“Hai…” sapa Kazu pelan dengan wajah sok keren.
Muka anak itu langsung cemberut dan menangis sangat kencang. Semua panic gak karuan. Ren berlari-lari mengitari meja ruang tengah sambil mengangkat kedua tangannya; Taiyo hanya duduk meringkuk di belakang pintu kamar Mara; Atsuya kencing di celana; Kuk dan Kazu berpelukan dengan wajah mengerikan; Michiko dan Suki berusaha menenangkan anak itu; dan Ritsu pergi mencari Mara. Mara datang tergopoh-gopoh bersama dengan Ritsu. Mara juga gak tau gimana caranya biar anak itu diam. Kemudian, datanglah Rui yang lagi dijewer sama Aoi.
“Ampun, Kak. Gak akan lagi deh, Kak!” Rui memohon.
“Kalo gak bisa masak ya jangan masak! Kamu hampir mati gosong tau gak?!”
Ahahaha…haha! Anak kecil itu berhenti menangis saat melihat Rui dan Aoi. Rui dan Aoi yang mendengar tawa anak itu langsung menghentikan aksinya.
“Iwaw! Lucu amat! Anak siapa ini? Adeknya Mara ya? Siapa namanya ini?” puji Rui sambil mengajak anak itu bermain.
“Aku Yacuka. Kamu ciapa?” tanya anak yang bernama Yasuka sambil berdiri lalu menjabat tangan Rui.
“Anak manis…namaku Rui. Yang jangkung itu Kak Aoi. Yang letoy itu Ren. Ini Taiyo. Yang endut ini  Atsuya. Itu Kuk, Michiko, Suki, Kak Ritsu dan Mara. Salam kenal ya..”
“Kakak cantik, ayo, kita main!” Yasuka mengajak Michiko.
-Flashback End-
“Hahaha…anak endut pipis!” serunya sambil menunjuk Atsuya.
Apa? Atsunya kencing di celana? Ih, malu banget deh! Ngakak liat ekspresinya. Dia langsung pergi sambil menutupi celananya yang basah. Semuanya tertawa.
“Kau ini pintar sekali ya! Yang gituan aja diliatin!” kata Kazu sambil mengambil anak itu dari pangkuan Michiko.
Cuuuuuuuuuuurrrrrrrr…… Pret! Anak itu kencing dipangkuan Kazu.
“Jiah, basah neh! Gila nih bocah satu, bikin repot aja! Gue abis mandi neh!” seru Kazu.
Akudan Michiko segera menggantikan popoknya yang udah kena kotoran. Saat popok itu hendak ku buang, Kazu mengambilnya dari genggamanku.
“Hahaha! Aku ingin punya teman senasib, aku dikencingin, yang ini dipupin! Hiaaa!!!” seru Kazu sambil melempar popok Yasuka.
“Hey, jangan, bahaya!” cegahku. Tapi, Kazu tak menghiraukanku.
Semua bermain lempar-lemparan popok (masa kecil kurang bahagia). Dia saat yang sama, Touko yang abis mandi datang menghampiri kami.
“Heyyo, kawan! Lama tak berjumpa! Ane abis..”
Sebelum melanjutkan kata-katanya yang nanti berlanjut jadi kotbah, popok berisi pup itu mendarat pas di wajahnya. Semua kaget, terdiam sesaat. Touko melepaskan popok yang nemplok dari wajahnya.
“Aaaaaaaaa!!! Apa ini? Oh, wajah indahku kena… Aaaaaaaa!!! Pup di wajahku!! Tidaaaaakkk!!” Touko heboh banget. Biasa, dia kan abis facial. Obat facialnya juga dari aku.
Karena aku kasian sama dia, aku mengelap mukanya dengan kain yang berisikan tanah. Sesuai dengan kaidah agama, harus dibersihkan 7x. Yasuka menghampiriku dan Touko di toilet luar.
“Ah…Mama..Papa…”
Aku dan Touko terkejut. Semuanya juga terkejut. Siapa yang dia sebut mama dan papa? Apa mama papanya datang kesini untuk menjemputnya?
“Apa orang tuanya sudah datang?” tanyaku.
“Lo emang gak tau ato pura-pura kaga tau? Dia nyebut lo sama Touko mama dan papa. Dia mungkin kangen sama mama papanya jadi melampiaskannya ke kelian.” Jelas Kazu.
“Bagus juga tuh kalo kamu sama Touko jadi ‘orang tua’nya Yasuka.” Tambah Ritsu.
Entah mengapa aku jadi inget sama mama papa. Aku terharu. Aku merasa ada satu seliweran yang menyeliweri tubuhku #apa sih sliwer-sliwer? Kulihat ekspresi Touko yang sepertinya tak percaya akan hal ini. Lalu dia cengengesan sambil menggaruk belakang kepalanya.
“Okeyh, for a sementara waktu, ane sama ni cewek satu bakal jadi pengganti ortu Yasuka. Tapi, jangan bilang sama bebep ane, okeyh?”
“Beres dah itu mah, kecil!” jawab Aoi.
Aku malu banget, entah kenapa aku jadi salting gini di depan anak-anak. Mati gaya gitu. Apalagi sekarang dikeprokin sama yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar