MARA POV
“Aih,
lucunya…manis sekali..” puji Michiko.
“Sampe kapan dia bakal disini?” tanya Atsuya.
“Yah, sampe
nanti. Aku juga gak tau.” Jawabku.
-Flashback-
Huaaa….mama….huaaaa…..huweeee….hiks..hiks…
Terdengar
suara bayi dari luar. Ini sangat aneh, biasanya gak ada suara bayi, suara anak
kecil aja kaga ada. Saat itu, Mara yang lagi ngangkat jemuran terkejut. Ia
langsung turun menuju sumber suara. Begitu Mara membuka pintu..
“Hey, kamu ngapain
disini? Mana mamamu?” tanya Mara.
Mara
celingukan di luar, tak ada seorangpun yang terlihat selain tukang sol sepatu
dan tukang bajigur terlihat sedang asyik ngobrol di seberang.
“Mang, ini
anak emang bukan?” tanya Mara.
“Bukan atuh
neng, pan eneng tau sendiri anak emang gak dibawa kesini.” Jawab tukang
bajigur.
“Pan eneng
tau emang teh belum punya bini.” Jawab tukang solpatu.
Mara hanya
mengangguk lalu membawa balita itu masuk ke asrama. Mara membawanya ke kamar
dan menidurkannya. Tiba-tiba, Kazu tak sengaja lewat kamar Mara yang terbuka
cukup lebar. Ia melihat balita tertidur diranjang Mara.
“Anak siapa
tuh? Kok di kamarnya Mara dan Ape? Sejak kapan mereka punya anak?
Jangan-jangan…” gumam Kazu.
Karena Kazu
mulutnya lumayan ember, Kazu mulai riweuh memberitahu ke sebagian penghuni
asrama. Diantaranya, Ren, Taiyo, Atsuya, Kuk, Michiko, Suki dan Ritsu.
“Yang
bener?” tanya Ritsu heboh.
“Kalo gak
percaya, kalian semua cek aja ke kamarnya!”
Semua pergi
menuju kamar Mara. Mereka celingukan kaya mau maling. Tiba-tiba, anak itu
terbangun karena keributan yang dibuat Kazu dkk.
“Hai…” sapa
Kazu pelan dengan wajah sok keren.
Muka anak
itu langsung cemberut dan menangis sangat kencang. Semua panic gak karuan. Ren
berlari-lari mengitari meja ruang tengah sambil mengangkat kedua tangannya;
Taiyo hanya duduk meringkuk di belakang pintu kamar Mara; Atsuya kencing di
celana; Kuk dan Kazu berpelukan dengan wajah mengerikan; Michiko dan Suki
berusaha menenangkan anak itu; dan Ritsu pergi mencari Mara. Mara datang
tergopoh-gopoh bersama dengan Ritsu. Mara juga gak tau gimana caranya biar anak
itu diam. Kemudian, datanglah Rui yang lagi dijewer sama Aoi.
“Ampun, Kak.
Gak akan lagi deh, Kak!” Rui memohon.
“Kalo gak
bisa masak ya jangan masak! Kamu hampir mati gosong tau gak?!”
Ahahaha…haha!
Anak kecil itu berhenti menangis saat melihat Rui dan Aoi. Rui dan Aoi yang
mendengar tawa anak itu langsung menghentikan aksinya.
“Iwaw! Lucu
amat! Anak siapa ini? Adeknya Mara ya? Siapa namanya ini?” puji Rui sambil
mengajak anak itu bermain.
“Aku Yacuka.
Kamu ciapa?” tanya anak yang bernama Yasuka sambil berdiri lalu menjabat tangan
Rui.
“Anak
manis…namaku Rui. Yang jangkung itu Kak Aoi. Yang letoy itu Ren. Ini Taiyo.
Yang endut ini Atsuya. Itu Kuk, Michiko,
Suki, Kak Ritsu dan Mara. Salam kenal ya..”
“Kakak
cantik, ayo, kita main!” Yasuka mengajak Michiko.
-Flashback
End-
“Hahaha…anak
endut pipis!” serunya sambil menunjuk Atsuya.
Apa? Atsunya
kencing di celana? Ih, malu banget deh! Ngakak liat ekspresinya. Dia langsung
pergi sambil menutupi celananya yang basah. Semuanya tertawa.
“Kau ini
pintar sekali ya! Yang gituan aja diliatin!” kata Kazu sambil mengambil anak
itu dari pangkuan Michiko.
Cuuuuuuuuuuurrrrrrrr……
Pret! Anak itu kencing dipangkuan Kazu.
“Jiah, basah
neh! Gila nih bocah satu, bikin repot aja! Gue abis mandi neh!” seru Kazu.
Akudan
Michiko segera menggantikan popoknya yang udah kena kotoran. Saat popok itu
hendak ku buang, Kazu mengambilnya dari genggamanku.
“Hahaha! Aku
ingin punya teman senasib, aku dikencingin, yang ini dipupin! Hiaaa!!!” seru
Kazu sambil melempar popok Yasuka.
“Hey,
jangan, bahaya!” cegahku. Tapi, Kazu tak menghiraukanku.
Semua
bermain lempar-lemparan popok (masa kecil kurang bahagia). Dia saat yang sama,
Touko yang abis mandi datang menghampiri kami.
“Heyyo,
kawan! Lama tak berjumpa! Ane abis..”
Sebelum
melanjutkan kata-katanya yang nanti berlanjut jadi kotbah, popok berisi pup itu
mendarat pas di wajahnya. Semua kaget, terdiam sesaat. Touko melepaskan popok
yang nemplok dari wajahnya.
“Aaaaaaaaa!!!
Apa ini? Oh, wajah indahku kena… Aaaaaaaa!!! Pup di wajahku!! Tidaaaaakkk!!”
Touko heboh banget. Biasa, dia kan abis facial. Obat facialnya juga dari aku.
Karena aku
kasian sama dia, aku mengelap mukanya dengan kain yang berisikan tanah. Sesuai
dengan kaidah agama, harus dibersihkan 7x. Yasuka menghampiriku dan Touko di
toilet luar.
“Ah…Mama..Papa…”
Aku dan
Touko terkejut. Semuanya juga terkejut. Siapa yang dia sebut mama dan papa? Apa
mama papanya datang kesini untuk menjemputnya?
“Apa orang
tuanya sudah datang?” tanyaku.
“Lo emang
gak tau ato pura-pura kaga tau? Dia nyebut lo sama Touko mama dan papa. Dia
mungkin kangen sama mama papanya jadi melampiaskannya ke kelian.” Jelas Kazu.
“Bagus juga
tuh kalo kamu sama Touko jadi ‘orang tua’nya Yasuka.” Tambah Ritsu.
Entah
mengapa aku jadi inget sama mama papa. Aku terharu. Aku merasa ada satu
seliweran yang menyeliweri tubuhku #apa sih sliwer-sliwer? Kulihat ekspresi
Touko yang sepertinya tak percaya akan hal ini. Lalu dia cengengesan sambil
menggaruk belakang kepalanya.
“Okeyh, for
a sementara waktu, ane sama ni cewek satu bakal jadi pengganti ortu Yasuka.
Tapi, jangan bilang sama bebep ane, okeyh?”
“Beres dah
itu mah, kecil!” jawab Aoi.
Aku malu
banget, entah kenapa aku jadi salting gini di depan anak-anak. Mati gaya gitu.
Apalagi sekarang dikeprokin sama yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar