Rabu, 28 November 2012

THANK KOYOI

KAZU POV
 “Heh, bocah, lo kenapa sih?”tanyaku heran.
“Loh gag liat hue kegiginan? (lo gak liat gue kedinginan?)”jawab Rui.
“Hah? Maksud lo..” aku menempelkan punggung tanganku di jidat jenongnya, pipi kanan, pipi kiri dan lehernya.
Ah, pasti ini gara-gara kemaren ngambil jemuran yang terbang-terbang. Akunjadi merasa bersalah. Yang aku liat sih semalem di tidur terus di sofa. Hm.. Kuk belum dating juga? Kemana sih bebebku ini? Apa yang harus kuperbuat saat ini?
Tiba-tiba, Kuk datang dengan tubuh basah kuyup sambil membawa keresek besar beraroma bakso Mang Sobir. Mukanya terlihat lesu sekali. Karena keponya kambuh, dia bertanya-tanay apa yang terjadi saat ia pergi.
“Apa? Rui s…sa…sakit?! Cius? Mi apa?”tanyanya heboh banget.
“Mi yoyeng!”jawabku singkat padat dan tidak jelas.
Tanpa ada aba-aba, Kuk langsung mengambil selimut di kamarku dan menyelimuti Rui (kenapa kudu pake selimut gue ya?) lalu dia mulai riweuh dan virus riweuh itu menular padaku.
“Ah, bagaimana ini? Anak kita sakit, sayang!” Kuk heboh.
“Gue juga gak tau, beibh! Apa yang harus kita lakukan? Telpon dokter?”tanyaku.
“Jangan, biayanya mahal! Coba ukur suhu tubuhnya!”perintah Kuk.
Aku segera mengambil thermometer di kotak P3K lalu memasukkannya ke mulut Rui. Termometer menunjukkan angka 37,60 (pengen deh dapet nem segitu).
“Wah, panas sekali bocah ini!”seruku ikutan heboh.
“Ini salahmu, beb! Kenapa kau mengajaknya ujan-ujanan? Dia kan belum makan! Kau ini bukan orang tua yang baik!”ucap Kuk menasihati.
“Salahmu juga, say! Kenapa kau lama sekali Cuma beli makanan doheng, hah? Dia udah bosen dan kelaparan tau!”balasku.
Tiba-tiba seseorang dari arah dapur menghampiri ruang tengah dengan nada jalan yang santai.
“Kalian ini rebut amat sih? Lihat, Rui lagi sakit. Kenapa didiemin aja? Kalian malah rebut sendiri.”ucap orang itu yang ternyata Koyoi.
“Memangnya apa yang harus kita lakukan? Kau jangan sok tau ya!”bentak Kuk.
Koyoi tak menghiraukannya. Ia bergegas mengambil kompres lalu meletakkannya di jidat Rui. Kemudian, ia menaruh bakso ke dalam mangkok lalu memotongnya kecil-kecil. Aku dan Kuk hanya tersepona melihat tingkah aneh anak ini. Biasanya, Koyoi itu orang yang cuek, dingin, dan gak peduli sama apapun yang ada di sekitarnya. Tapi, dugaanku salah, ternyata dia anak yang perhatian sama temannya. Contohnya ya sikap dia saat ini.
Koyoi membangunkan Rui dengan cara lembut seperti cara Hana membangunkan seseorang. Setelah Rui terbangun, Koyoi menyuapkan sesendok bakso kecil padanya. Terlihat dari sorot matanya, dia merawat Rui dengan penuh kasih sayang. Aku jadi terharu melihat tingkahnya saat ini. Aku tak mneyangka bahwa Koyoi bisa bertingkah seperti ini. Setelah baksonya habis, Koyoi meminumkan susu hangat untuk Rui lalu memberinya obat penurun panas.
“Apakah begitu sikap kalian kalo liat temen kalian lagi sakit?”tanyanya dengan nada yang dingin.
“Te..terimakasih, Koyoi.”ucapku.
Koyoi memakai jaket kulit berbulu dan sepatu boots panjang lalu pergi meninggalkan asrama tanpa bilang mau kemana. Aku bingung sekali. Jadi, aku dan Kuk hanya bisa duduk terdiam dan memandangi wajah Rui yang memerah.
“Apa kau melihat keanehan pada Koyoi?”tanyaku.
“Sangat terlihat!”jawab Kuk tetap heboh.
“Ah, Rui terbangun!”seru Kuk.
“Kak….Kak Ritsu…Kak Aoi…” suara Rui terdengar lirih.
Rui emang paling apet sama Ritsu dan Aoi. Ia menganggap bahwa Ritsu dan Aoi adalah kakaknya sendiri. Jadi, dalam ingatannya hanya Ritsu dan Aoi saja.
Tiba-tiba, sebuah tangan yang sedang memegang thermometer muncul dihadapanku dan Kuk.
“Hmm..bagus. 36,85 derajat.”ucapnya yang ternyata itu Koyoi.
Aku kaget. Kapan dia datang? Mengapa tak terdengar suara pintu dan langkah kakinya? Emang cewek ini sungguh misterius! Dia datang membawa sekantong bubur instan lalu memberikannya padaku.
“Kalo Rui laper, beri saja ini.”katanya singkat lalu ia pergi ke kamarnya dan tak pernah keluar lagi.
“Rui, lo udah gapapa kan?”tanyaku gugup.
Ia hanya mengangguk kecil kaya grup band Metal lagi konser. Kemudian dia bangun dan duduk sila sambil memegangi selimutku. Mukanya masih pucat dan merah. Lalu ia menanyakan dimana Ritsu dan Aoi.
“Aku lihat mereka di…”
Ting…tong… Bel asrama berbunyi.
Aku berdiri membukakan pintu. Yang datang ternyata…Suki, Hana, Ritsu, Ren, Aoi, dan Touko. Mereka membawa berbagai macam makanan dengan bahan utama bakso. Ada apa sebenarnya ini?
“Kami khawatir sekali begitu mengetahui kalo si bocah sakit.”ucap Touko.
“Katanya, Rui sakit gara-gara Kazu yang mengajaknya ngambil jemuran kemarin.”ucap Suki.
 “Hey, yaoi menjijikkan, berani-beraninya membuat Rui sakit! Dasar bodoh!”bentak Ritsu padaku sambil memegang erat kerah kemejaku. Nyaliku langsung menciut.
“Harusnya gue yang nanya kenapa lo semua pergi ninggalin kita berempat seharian ini, hah? Kalian gak tau kan apa yang dialamiku dan Rui kemarin?”Kazu esmosi.
Aoi berjalan mendekati si bocah.
“Maaf, ini salahku. Gak seharusnya aku meninggalkannya.”ucap Aoi sambil menggosok rambut Rui dengan agak kasar.
“Kalian ini abis darimana sih?”tanyaku kepo banget.
“Kami kan dari festival bakso di persimpangan sana. Kuk juga dating kok walau tak diajak.”jawab Touko mewakili semuanya.
“Gara-gara lo, kita jadi disalahin nih!”Ritsu protes pada Touko.
“Hep! Bentar, t..tapi, kenapa kalian bisa tau kalo si bocah sakit? Aku dan Kuk kan tak memberitahu kalian.”tanyaku bingung.
“Lihat ini, orang cuek kaya Koyoi aja bisa perhatian sama si bocah.”jawab Touko sambil memperlihatkan sms dari Koyoi.
“Koyoi?!”seru Rui lalu ia berlari menuju kamar Koyoi.
Aku mengikutinya besama Aoi dan Ritsu. Ia membuka pintu kamar Koyoi dan langsung memeluknya dari belakang. Rui mengucapkan terima kasih pada Koyoi dan berjanji akan mentraktir Koyoi kue pudding di toko kue yang baru buka di seberang sekolah.
“Gak usah, Rui. Aku hanya ingin membantumu. Inget ya, kamu masih bocah, jadi jangan ikut-ikutan si Kazu apalagi si Kuk itu yang udah kakek-kakek.”kata Koyoi sambil tersenyum.
“Koyoi, ini lo beneran kan?”tanyaku heran.
“Menurut lo?”tanyanya ketus.
“Menurut gue, ini bukan lo tapi, bidadari yang jatuh dari surga dihadapanku (e…a) yang merasuki tubuhmu.”jawabku.
Dzig! Gubrag!
“Keluar!” perintahnya keras.
Aku dan semua orang di asrama termasuk Rui nyalinya langsung menciut seciut daun kering dan lalu meninggalkan kamar Koyoi.
Koyoi itu cewek yang cuek, dingin, galak dan paling gak mau kalo diganggu. Saking dinginnya dia , aku sampe kagum melihat tindakannya tadi pada Rui. Ternyata, dibalik sikapnya yang dingin, dia orang yang penyayang dan perhatian juga. Aku salut banget lah sama dia!
KAZU POV END

Lanjut ke HARI KEDUA DI WARNAWARNI CREW (TAPI GAGAL)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar