Rabu, 28 November 2012

SAD ( Something in A Dream ) part 1 of 3

This is my time! Bravo, author P!
Haduh, bingung mau bikin apa, author p mau bikin cerita yang beneran serius. Soalnya waktu itu gak jadi + author mau bales dendam, soalnya Ritsu gak ada terus, ngilang di telan bumi. Jadinya kali ini saya akan menceritaka Ritsu yang sedang pergi mengunjungi rumah pamannya (gak tahu ceritanya author N, atau S, pokoknya ngelanjutin cerita mereka, aja) Nangis! nangis! nangis! maksa!
Happy Reading ^^

SAD ( Something in A Dream ) part 1 of 3

Dengan mengenakan kaus pendek dan sepasang sepatu kaki toke yang dulu pernah diusulkan Ren, Ritsu mengendarai motor ninjanya yang kini berada di daerah Okinawa. Ia hendak menanyakan sebuah alamat pada seorang kakek yang membuka kios di pinggir ladang. Setelah mendapatkan arah menuju rumah pamannya, ia kembali mengendarai motornya menuju alamat tersebut. Hari mulai sore, namun Ritsu masih belum menemukan alamat tersebut. Ia menghentikan motornya dan duduk di pinggir lapangan yang langsung mengarah ke sebuah sekolah. Keringat mulai membasahi tubuhnya.
“Haaah, apa yang harus ku lakukan?!”tanyanya pada diri sendiri.
Ia menyeruput jus melon yang tadi dibelinya. Udara panas seakan sirna oleh teguk demi teguk jus tersebut. Ritsu menerawang sekitarnya. Dilihatnya pemandangan yang begitu indah. Ia sudah bosan dengan suasana kota, rasanya desa ini sangat menenangkan.
“Pemandangannya bagus, orang-orangnya sepertinya baik, akan menyenangkan kalau aku bisa tinggal di sini lebih lama”ujarnya. “Tapi aku harus bertanya pada siapa lagi? Sudah dua RT, dua kelurahan, dua camat, dua kakek2, dua anak kecil, tukang ojek, ibu-ibu yang jual sayur, sampai Mr. Obama udah aku tanya, tapi gak ada yang tahu”keluhnya.
Matahari mulai tenggelam, Ritsu sadar bahwa ia harus segera menemukan alamat pamannya. Ia tidak mau melewatkan acara makan malam di rumah pamannya. Ia celingak-celinguk mencari seseorang yang bisa ia tanya. Ia melihat seorang gadis kecil yang duduk tak jauh dengannya. Ritsu menghampirinya sambil menyodorkan jus strawberry yang ia simpan di tasnya.
“Halo, mau jus?”tawarnya pada gadis kecil yang diam terduduk itu.
Gadis itu menoleh ke arahnya. Gadis itu tidak menjawab Ritsu dan hanya menggelengkan kepala.
“Ah, kalau begitu, bisakah kau menunjukan alamat ini padaku?”Ritsu memperlihatkan secarik kertas pada gadis kecil itu. gadis itu menunjuk arah selatan.
“Ke sanakah? Baik, terima kasih. Ngomong-ngomong, benar kau tidak mau jus?”tawar Ritsu lagi. Gadis itu tetap diam.
Tanpa basa-basi, Ritsu menaruh jus strawberry-nya di samping gadis kecil tersebut. Ia merasa tidak enak dengan gadis kecil yang terlihat murung itu.
“Minumlah, kau terlihat tidak sehat”ujar Ritsu sembari meninggalkan gadis itu menuju motor ninjanya.
***
Hari sudah gelap, akhirnya Ritsu menemukan alamat rumah pamannya. Perlahan ia mengetuk pintu. seseorang membukanya dari dalam.
“A! Ritsu, kau datang? Untuk apa kau datang? Kau merindukanku? Aduh, kalau merindukanku tidak perlu sampai ke sini segala, kan bisa telepon”sapa sesosok lelaki yang empat tahun lebih tua dari Ritsu. wajahnya tampan, gayanya lumayan, reseknya gak kalah sama Touko.
“Bodoh, siapa yang merindukanmu? Aku ke sini mengunjungi paman. Dimana dia sekarang?”Ritsu menjitak kepala sepupunya itu.
“Aw! Jahat! Dia sedang pergi ke Indonesia mengunjungi nenek. Kalau kau mau menginap, berarti penghuni rumah ini menjadi dua”
“Hah?! Maksudnya cuman kita berdua?”
“Ya, gak masalah, kan? Lagi pula aku harus kerja sambilan, ini kan liburan musim panas”
“Benar juga. Ah, sudahlah, pokoknya aku lapar. Aku masuk, ya…”Ritsu menerobos masuk melewati tubuh sepupunya menuju meja makan.
“Aku sudah menyiapkan semuanya, duduklah”
“Yup. Aku akan mulai memakannya”
Suasana hening sejenak. mereka menikmati acara makan malamnya berdua dan asyik dengan pikirannya masing-masing. Mengingat sepupunya yang resek gak ketulungan, Ritsu jadi ingat dengan teman-temannya di Tokyo.
“Anyway, by the way, busway, gimana caranya kamu bisa ke sini? Di sini kan tempatnya terpencil”
“Aku menanyakannya pada gadis kecil dekat sekolah tadi”jawab Ritsu.
“Ah, gadis murung itu, ya?”
“Bagaimana kau tahu dia sedang murung?”Ritsu yang terkejut, berhenti mengunyah makanannya.
“Semua orang di sini tahu dia adalah gadis pemurung yang selalu diam dekat lapangan”
“Memangnya ada apa dengan gadis itu?”tanya Ritsu penasaran.
“Akan ku ceritakan sambil kita jalan-jalan”
***
Gadis itu bernama Miya. Ia adalah anak yang berasal dari keluarga berada. Hidupnya sangat sempurna. Ia selalu tersenyum dan menyapa semua orang yang dikenalnya. Ia selalu berkata “How wonderful my life”. Ia adalah seorang anak yang sangat ceria. Namun, suatu ketika kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan tidak dapat di tolong lagi. Pada waktu acara pemakaman kedua orang tuanya, gadis itu menangis tersedu-sedu. Ia menjerit berkali-kali memanggil nama ibunya. Sejak saat itu, Miya menjadi penyendiri. Ia tidak lagi tersenyum dihadapan semua orang. Miya akhirnya keluar dari sekolahnya. Ia hidup dengan pembantunya. Miya tidak bisa diajak bicara dengan siapapun. Setiap hari ia duduk di pinggir lapangan dekat sekolah, merenungkan segalanya.
“Benarkah begitu? kasihan sekali anak itu”Ritsu membonceng sepupunya dengan motor ninjanya.
“Ya. aku pun kasihan padanya. Tapi apa daya, tidak ada yang bisa mengajaknya bicara”
“Asuka, gentian kau yang memboncengku, dong. Aku sudah capek”
“Baiklah”
***
Keesokan harinya, Ritsu harus menggantikan pamannya mengantarkan surat, karena pamannya sedang di Indonesia (hahaha… mirip cerita Beautiful life yang ngegantiin orang jadi tukang surat. Tapi biarin ah, kan rada beda). Asuka juga harus kerja sambilan di sebuah restaurant.
Flashback
“Ayo suit siapa yang menggantikan pekerjaan ayah”Asuka berteriak pada Ritsu yang sedang menonton tv.
“Ok, kertas, gunting, batu!”Ritsu mengeluarkan kertas.
“Aku gunting! Aku menang, jadi kamu yang jadi tukang pos, aku bisa kerja sambilan deh. Udah, sana siap-siap pake seragamnya terus pergi!”
“Sial! Kenapa jadi aku? Aku kan pingin santai!”
“Weee… salah sendiri kalah suit”Asuka menjulurkan lidahnya dan langsung berlari ke dalam kamarnya.
Flashback end
Hari sudah siang, matahari sangat terik. Ritsu mengayuh sepedahnya mengantarkan surat terakhirnya. Alamat surat yang terakhir itu lumayan jauh. Tempatnya sangat ujung melewati jalan setapak yang di sepanjang jalannya berjejer bunga Gingko nan indah.
“Akhirnya, surat terakhir sampai di tujuan”Ritsu memarkir sepedahnya di depan rumah yang lumayan luas terbuat dari kayu. Benar-benar rumah tradisional Jepang, deh.
Berkali-kali ia mengucapkan salam seraya mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban. Ia mengitari rumah kayu tersebut menuju halaman belakang. Dilihatnya seorang nenek yang sedang duduk di pekarangan bunganya seperti sedang menanti seseorang. Dari wajahnya terlihat ia sedang merindukan seseorang. Ritsu menghampiriya dengan perlahan.
“Selamat siang, ada surat untuk anda, silahkan diterima”Ritsu menyodorkan surat yang dipegangnya. Nenek itu menoleh padanya. Terlihat bulir air mata di sudut mata nenek yang berumur 80 tahun itu.
Nenek itu menarik tangan Ritsu menyuruhnya duduk. Nenek itu memberi isyarat pada Ritsu untuk membacakannya. Ritsu pun membacakan surat itu.
Hallo, nek. Bagaimana kabar nenek di sana?Aku baik-baik saja di sini.
Maaf, sampai saat ini aku tidak dapat mengunjungimu. Di sini aku sangat bahagia, duniaku begitu menyenangkan. Setiap hari aku mengunjungi danau megah dekat rumahku. Untuk saat ini, aku benar-benar tidak dapat mengunjungimu. Terima kasih untuk kalung yang nenek buat beberapa minggu lalu. Setiap hari aku selalu memakainya. Bagaimana caranya nenek bisa membuat kalung dari bunga matahari itu? indah sekali, terima kasih, nek. Suatu saat nanti, aku pasti kembali  padamu, nek. Aku sayang nenek ^^
Hayato
Ritsu pun selesai membacakannya. Ia memberikan surat itu kembali pada nenek. Nenek itu tersenyum. Untuk kedua kalinya nenek itu meminta tolong pada Ritsu. dengan menggunakan isyarat tangan, nenek itu menyuruh Ritsu untuk menulis jawaban dari surat itu.
‘Nenek ini bisu, ya? untung saja aku  bisa isyarat tangan. Gak sia-sia aku belajar dari Touko’pikir Ritsu.

Hayato,
Terima kasih kau mau membalas surat nenek. Nenek sangat merindukanmu. Cepatlah kembali sebelum nenek tidak ada di sini lagi. Nenek ingin melihat wajahmu setelah dua tahu berlalu. Hayato, nenek selalu menunggumu.oh, iya. Saat kau ada masalah, menangislah jika kau ingin menangis. Jangan sengaja bersembunyi di balik kesedihanmu. Nenek akan menunggumu dan memelukmu hingga kau bisa tersenyum lagi.
Nenek.
Ritsu yang menulisnya merasa terharu dengan kata-kata nenek itu. untuk pertama kalinya hati Ritsu tersentuh. Biasanya ia sangat keras. Nenek itu meminta Ritsu untuk mengirimkan kembali suratnya pada orang yang mengirimkan surat itu. Hari mulai sore, Ritsu ingin segera menigirmkan surat itu. ia berjalan mendorong sepedahnya dan terhenti di depan rumah sepupunya, Asuka.
“Apa?! kenapa alamatnya di sini? Apa aku salah lihat?”berkali-kali Ritsu memutar-mutar surat itu. dan ternyata memang rumah itulah tujuannya.
Ia masuk ke dalam rumah. Asuka sudah menyambutnya dengan beberapa makanan di meja makan. Kini mereka terlarut dalam pembicaraan.
“Kau mengirimkan surat pada nenek yang tinggal di ujung sana? Kau menyamar menjadi cucunya? Jangan lakukan itu, lagi! Bagaimana kalau cucunya tahu?”tanya Ritsu sambil mengunyah takoyaki kecoa-nya.
“Cucunya tidak akan tahu. Lagi pula aku sudah biasa”
“Bodoh, bagaimana kalau nenek itu ingin bertemu dengan cucunya?”
“Percuma, nenek itu tidak akan pernah lagi melihat cucunya”
“Hah? Kenapa?”
Flashback
HAYATO POV
Siang ini aku pergi ke kota untuk membelikan nenek hadiah di hari ulang tahunnya. Aku sengaja tidak berpamitan pada nenek agar menjadi kejutan. Aku membelikannya gaun manis dan jepit bunga matahari kesukaan nenek. Aku juga sudah mengenakan jas hitam maskulin untuk kencan dengan nenek di cafĂ© nanti malam. Hehehe… aku sangat menyayangi nenek, tidak ada salahnya aku mengajaknya kencan. Aku bahkan sudah menulis surat untuk nenek.
Tidiiiitt….
Brrrakkk!
Kyaaa…..!!!!
Terdengar suara ribut dari luar toko. Aku segera keluar dari toko untuk meliat apa yang terjadi.
“Kyaa….!!! Tolong! Panggilkan ambulan!”teriak seseorang entah siapa.
Begitu menyeramkan pemandangan yang ku lihat. Sebuah mobil sedan terlindas oleh truk besar yang mengangkut pasir. Darah segar mengalir deras dari dalam mobil sedan itu. tampak jelas di mataku. Orang-orang di sekeliling simpang siur berlalu menghampiri.
“Lihat, masih ada anak kecil di dalamnya, ia masih hidup!”teriak seorang wanita.
“Ah, benar! Bagaimana, ini? Ia harus segera dikeluarkan dari dalam mobil. Ia akan kehabisan udara di sana”teriak yang satunya lagi.
Benar juga, dengan sigap aku menghampiri mobil sedan itu dan mencoba memecahkan kaca belakangnya untuk menyelamatkan anak kecil yang duduk di belakang itu.
Prang!! Crassshhh!!
Aku berhasil memecahkan kaca sedan itu dan menarik anak kecil itu keluar lewat belakang. Ia tampak sedang menangis. Aku tahu, anak kecil tidak akan kuat melihat kedua orang tuanya tewas seketika. Setidaknya seperti itulah yang kulihat.
“Berhasil! Ayo, nak, kita menjauh dari sini”ucapku padanya. Aku hendak berjalan menghampiri orang-orang yang berkumpul di pinggir jalan.
“Awas, nak! Di belakangmu! Cepat lari!”seseorang berteriak padaku. aku menoleh ke belakang, ke arah sumber suara.
Truk besar menghampiriku dengan cepat dari belakang. Aku melepaskan anak itu yang kini tengah berlari.
BRAAAKKKK!!!!
Kyaaaaaaa!!!!
Kurasakan sesuatu menabrakku dengan keras. Ku lihat tubuhku telungkup di bawah benda keras ini. Darah mengalir di sekitarku. Kepalaku sangat pusing. Ku lihat kantung belanjaan yang berisi gaun untuk nenekku ternodai oleh darah yang entah darah siapa. Lama-kelamaan gelap, dunia rasanya berputar-putar. Aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Tidak bisa. Ini gelap…..
HAYATO POV END
Flashback end
To be continued……
Hehey… gimana? Rame, gak? Nggak? Masa? Yang bener? Ah, yaudahlah ya… ceritanya super GJ, soalnya authornya lagi males bikin sesuatu yang Wow! Lagi gak ada ide lagi. Hehehe…. Baca kelanjutannya! Wajib! Sorry kalau part ini kependekan. Weeee….*menjulurkan lidah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar