RUI POV
Tukang batagor masih
saja dikerumuni oleh anak-anak. Aku yang sedari tadi menunggu giliranku terlihat
sudah badmood banget. Aku menyingsingkan lengan baju panjangku dan berniat
meninggalkan antrian itu. Tapi, aku mengurungkan niatku. Akhirnya, kerumunan
sedikit demi sedikit berkurang. Hanya tinggal aku, Suki, Kuk, Kazu, dan Touko
yang masih tersisa.
“Maaang, dua ribu
campur!” teriakku tak sabar.
Si emang batagor
membalikkan badan.
“Maaf, batagornya udah
abis. Emang mau pulang dulu.” Ucap emang santai dengan cengiran asemnya.
Apa?! Habis?! Ah, sial
sekali aku kali ini! Aaaaaaa!! Tiba-tiba, sebungkus
batagor melayang di depan mataku. Aku menoleh sedikit. Hmm..aku sudah menduga
pasti orang ini.
“Anak kecil memang
susah ya. Kalo udah laper, pasti gak bisa ditahan.” Ucap Aoi sambil
menggantungkan bukusan batagor di atas kepalaku.
Aku menatap bungkusan
batagor itu dengan mantap. Kubulatkan tekad dan..
Set!
Aku menyambar bungkusan
batagor itu dengan cepat. Aku membalikkan badanku dan menunjukkan senyuman
asemku pada Aoi. Lalu aku berlari menuju batu besar dekat pohon apel mini
sambil mengucapkan terima kasih. Aoi hanya melambaikan tangan dan kembali duduk
di dekat Ren.
Sial banget aku hari
ini, udah kehabisan batagor, dibilang anak kecil sama Kak Aoi, dan terus apa
lagi sekarang?
Tiba-tiba, Taiyo [Mugi]
hampir bersamaan denganku menduduki batu besar yang sama.
“Iiih, apaan sih
duduk-duduk disini? Sana minggir!” usirku.
“Yang duduk duluan
disini tuh aku. Kau saja yang ikut-ikutan!” Taiyo membela diri.
“Argh! Nggak bisa!
Pokoknya aku yang disini! Pergi sana ke kandang ayam!” bentakku sambil
menendang pinggang Taiyo hingga jatuh.
Akhirnya, dia pergi
juga. Aku udah pewe banget disini sambil makan batagor gratis dari Kak Aoi.
Hmm..nikmat banget deh, gak ada yang ganggu lagi. Tapi, sekitar 3 menit
kemudian, datanglah pengacau lainnya yang sebenernya nggak banget buat di eg
eng.
“Mmm..permisi, gue gak
maksut buat ngambil daerah lo tapi, apa boleh buat, gue mau ada acara disini
jadi, gue pengen lo minggat dari tempat nge-date gue.” ucap Kazu yang sedang
digandeng Kuk.
Hah? Sejak kapan tempat
ini jadi tempat nge-date 2 yaoi sejati ini? Parah!
“Hah?! Gue diusir? Enak
aja! Emangnya ini punya nenek buyut lo, hah? Gue duluan tau yang disini. Lagian
mana boleh sih makhluk yaoi kayak kalian boleh duduk di daerah kekuasaan gue?
Kalo mau nge-date tuh malem minggu di kafe-kafe, bukannya malem jum’at di bawah
pohon apel kayak gini!” bentakku sambil gaya bertolak pinggang ala ibu tiri.
Ah, jadi keinget Parjo jelek itu!
“Beibh, kita ke tempat
lain aja ya! Kita gak boleh duduk sama nenek sihir ini.”ajak Kazu mesra pada
Kuk.
“Apa maksud lo bilang
kalo gue nenek sihir, hah?” emosiku semakin gede.
Aku melempar bungkus
batagor yang sudah habis pada 2 makhluk menjijikkan itu dan segera pergi. Aku
menghampiri Suki yang sedang dengerin lagu. Mumpung lagi badmood, aku numpang
dengerin lagu biar badmoodku ilang.
Aku
terjatuh dan tak bisa bangkit lagi…
Aku
tenggelam dalam lautan luka dalam…
Aku
tersesat dan tak tau arah jalan pulang…
Aku
tanpamu, butiran debu…
Yaelah, lagunya gajebo
banget! Tapi lagunya tumor ini enak juga kok.
“Wah, ini sih lagunya
si Ren!” seruku kegirangan.
“Apa?” Ren berlagak
bingung.
RUI
POV END
to be continued to folio effect
sebenernya mau bacanya ngurut atau nggak sih bebas, tuh banyak cerita di kanan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar