Selasa, 16 Oktober 2012

Ledakan Rui


RUI POV

Tukang batagor masih saja dikerumuni oleh anak-anak. Aku yang sedari tadi menunggu giliranku terlihat sudah badmood banget. Aku menyingsingkan lengan baju panjangku dan berniat meninggalkan antrian itu. Tapi, aku mengurungkan niatku. Akhirnya, kerumunan sedikit demi sedikit berkurang. Hanya tinggal aku, Suki, Kuk, Kazu, dan Touko yang masih tersisa.

“Maaang, dua ribu campur!” teriakku tak sabar.
Si emang batagor membalikkan badan.

“Maaf, batagornya udah abis. Emang mau pulang dulu.” Ucap emang santai dengan cengiran asemnya.
Apa?! Habis?! Ah, sial sekali aku kali ini! Aaaaaaa!! Tiba-tiba, sebungkus batagor melayang di depan mataku. Aku menoleh sedikit. Hmm..aku sudah menduga pasti orang ini.

“Anak kecil memang susah ya. Kalo udah laper, pasti gak bisa ditahan.” Ucap Aoi sambil menggantungkan bukusan batagor di atas kepalaku.
Aku menatap bungkusan batagor itu dengan mantap. Kubulatkan tekad dan..
Set!
Aku menyambar bungkusan batagor itu dengan cepat. Aku membalikkan badanku dan menunjukkan senyuman asemku pada Aoi. Lalu aku berlari menuju batu besar dekat pohon apel mini sambil mengucapkan terima kasih. Aoi hanya melambaikan tangan dan kembali duduk di dekat Ren.
Sial banget aku hari ini, udah kehabisan batagor, dibilang anak kecil sama Kak Aoi, dan terus apa lagi sekarang?
Tiba-tiba, Taiyo [Mugi] hampir bersamaan denganku menduduki batu besar yang sama.

“Iiih, apaan sih duduk-duduk disini? Sana minggir!” usirku.

“Yang duduk duluan disini tuh aku. Kau saja yang ikut-ikutan!” Taiyo membela diri.

“Argh! Nggak bisa! Pokoknya aku yang disini! Pergi sana ke kandang ayam!” bentakku sambil menendang pinggang Taiyo hingga jatuh.

Akhirnya, dia pergi juga. Aku udah pewe banget disini sambil makan batagor gratis dari Kak Aoi. Hmm..nikmat banget deh, gak ada yang ganggu lagi. Tapi, sekitar 3 menit kemudian, datanglah pengacau lainnya yang sebenernya nggak banget buat di eg eng.

“Mmm..permisi, gue gak maksut buat ngambil daerah lo tapi, apa boleh buat, gue mau ada acara disini jadi, gue pengen lo minggat dari tempat nge-date gue.” ucap Kazu yang sedang digandeng Kuk.
Hah? Sejak kapan tempat ini jadi tempat nge-date 2 yaoi sejati ini? Parah!

“Hah?! Gue diusir? Enak aja! Emangnya ini punya nenek buyut lo, hah? Gue duluan tau yang disini. Lagian mana boleh sih makhluk yaoi kayak kalian boleh duduk di daerah kekuasaan gue? Kalo mau nge-date tuh malem minggu di kafe-kafe, bukannya malem jum’at di bawah pohon apel kayak gini!” bentakku sambil gaya bertolak pinggang ala ibu tiri. Ah, jadi keinget Parjo jelek itu!

“Beibh, kita ke tempat lain aja ya! Kita gak boleh duduk sama nenek sihir ini.”ajak Kazu mesra pada Kuk.
“Apa maksud lo bilang kalo gue nenek sihir, hah?” emosiku semakin gede.

Aku melempar bungkus batagor yang sudah habis pada 2 makhluk menjijikkan itu dan segera pergi. Aku menghampiri Suki yang sedang dengerin lagu. Mumpung lagi badmood, aku numpang dengerin lagu biar badmoodku ilang.

Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi…
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam…
Aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang…
Aku tanpamu, butiran debu…

Yaelah, lagunya gajebo banget! Tapi lagunya tumor ini enak juga kok.
“Wah, ini sih lagunya si Ren!” seruku kegirangan.
“Apa?” Ren berlagak bingung.

RUI POV END

 to be continued to folio effect

sebenernya mau bacanya ngurut atau nggak sih bebas, tuh banyak cerita di kanan!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar