Sabtu, 14 Desember 2013

WET WET WET! BRRRR…

WET WET WET! BRRRR…

Sekarang pertengahan November, musim ujan tiba. Sedia payung sebelum ujan ya! Jangan lupa, biar air gak merembes ke tembok, pake Aquaproof #korban iklan. Hari itu, Aoi lagi-lagi kalah suit sama yang lain buat belanja ke super market. Kali ini bukan sama Rui, melainkan sama Suki. Untung ujannya udah berhenti 1 jam yang lalu jadi, ya gapapa sih mau ujan atau enggak juga, gak ngaruh! Paling ya ntar mereka keujanan aja, gitu doang sih, author mah gak peduli.

“Minyak goreng?”
“Udah!”
“Gula, garem, mentega?”
“Udah, udah, udah!”
“Kopi?”
“Udah! Eh, kopi? Siapa yang pesen? Ah, udah, gak usah dibeliin!”
“Disini ditulis KOPI TITIK DUA TOUKO KOMA REN KOMA TAIYO.”
“Ah, mereka nyusahin banget sih! Apa lagi? Seperangkat alat mandi kaga ada yang pesen?”
“Shampo, sabun, sikat gigi, SEMIR (?!)”
“Semir? Siapa yang masih bocah udah ubanan?”
“Disini sih ditulisnya UNTUK DAYOYET.”
Keliatan banget kan mereka lagi ngapain? Hehehe… Setelah ngabsen belanjaan yang udah mereka beli, sekarang tinggal pulang. Ah, gak rame ih Cuma gitu aja. Bikin sesuatu ya!
“Semuanya  seratus tiga puluh lima ribu, dek.”
Suki merogoh saku belakang celana merecetnya. Lalu berpindah ke sebelahnya. Lalu pindah ke saku depan kanan dan kiri. Lalu ke saku kemejanya. Lalu ke semua saku celana Aoi. Apa yang terjadi?
“Kak, kayaknya duitnya ketinggalan deh.”
“Ketinggalan? Tadi kan kamu udah masukin duitnya ke saku kamu. Kakak liat kok. Masa ketinggalan? Jatoh kali pas lagi belanja!”
Selidik punya selidik, ternyata eh ternyata, saku celana Suki bolong gede. Ya pastilah duitnya jatoh di jalan. Sungguh malang sekali nasib mereka. Udah capek-capek belanja, eh, duitnya kaga ada. Duit Aoi Cuma ada secap, Duit Suki lebih parah, Cuma ada seceng! Alhasil, mereka membatalkan beli belanjaan. Rencananya, mereka kembali ke asrama lalu mengambil duitnya lalu kembali ke super market itu.
Gludug! Bruuss! Hujan turun tiba-tiba setelah geledek berkumandang.
“Yah, ujan lagi. Gimana dong?” tanya Aoi.
“Udahlah, terobos aja! Kita lari! Dalam hitungan kelima, langsung lari ya, Kak!”

“1……2…….3……..4……..3……..2……..1……5!!!!!!!!!!”
Aoi berlari secepat paket kilat berserta kilat-kilatnya, sedangkan Suki berlari ala kadarnya saja. Suki berkali-kali berteriak memanggil Aoi. Mereka telah basah kuyup kaya mandi 10 hari lamanya. Karna Aoi udah gak tahan harus nungguin Suki lari, Aoi langsung menggandeng Suki berlari bersamanya sampe Suki terpontang-panting gak karuan. Di depan sana, ada sepasang kekasih yang tengah bercinta di tengah gerujukan ujan. Sepayung berdua, warna pink pula. Aoi bulatkan tekad seperti siap menerobos tembok China.
Dug! Set! Aoi menyela diantara dua insan yang dimabok cinta itu sambil mengambil kasar payung pink kesayangan mereka. Oh, ternyata itu Touko dan bebepnya.
“OY, PINJEM DULU YA PAYUNGNYA!!!” teriak Aoi sambil membawa lari payung pink kekasih itu.
“Kak, jangan gitu dong! Kasian tau!” seru Suki yang lagi pontang-panting di jalan becek.
“Biarin, emangnya si KM itu kasian sama kita? Enggak kan?!” balas Aoi.
Aneh sekali, sepasang kekasih itu bukannya marah-marah, malah Cuma diem bengong mematung di tengah derasnya hujan. Mereka sepertinya pasrah kalo payungnya diambil orang, yang penting selalu bersama. Pasangan yang aneh ya, permirsrah! Fyuh!
Ditengah kebengongan sepasang kekasih dan derasnya hujan, tiba-tiba Suki datang membawa sesuatu yang mereka tunggu-tunggu. Dan..apa reaksi mereka?
“Nih, payungnya. Sorry, Kak Aoi lagi khilaf. Mohon dimaafkan ya! Nuhun! Bye!” ucap Suki lalu kembali berlari menyusul Aoi.
“Temen kamu ya, yang? Lucu amat tingkahnya!” tanya bebep Touko.
“Ah, iya, tau gak, yang? Mereka itu malu-maluin banget! Lucu darimana?” jawab Touko lalu mereka berdua berjalan kembali menuju jalan cinta #asik! Suit suwiw!
Kembali ke Aoi dan Suki..
Dalam perjalanan menuju asrama, banyak halang rintang yang mereka hadapi. Seperti apa? Seperti acara Ninja Warrior atau V-King Japan. Di jalan, lagi-lagi Aoi bertemu dengan seonggok makhluk yang tak asing lagi baginya. Udah berapa kali Aoi ketemu sama tuh makhluk. Kayaknya sering deh, soalnya ‘katanya’ Aoi dan si makhluk udah pernah nge-date.

Toeng..toeng..tew..tew, tew, tew, Yeah!

 “Hey, si ganteng dari sekolaan, masih inget kan sama eikeu? Udah lama ga ketemu.”
“Hah? Lo? Yang bencong sapoy itu ye? Ti…ti… Suzana?... Cabuuuuuuuuttt!” seru Aoi sambil menarik kasar tangan Suki yang udah leuleus.
“Oy, abang cakep! Tungguin eikeu!” teriak Tisun sambir berlari dan memainkan ‘toeng toeng’nya.
“Kaaaakk!! Berenti dulu lah, aku capek banget!” pinta Suki yang udah leuleus tingkat kota.
“Gak bisa, de! Si bencong tulang lunak itu ngejar kita! Kamu mau dicium sama orang kaya gitu?”
“Ngumpet atuh! Dimana kek. Cari tempat sembunyi!”
Di depan sana, ada sebuah rumah kecil yang kayaknya gak ada penghuninya. Tanpa basa-basi, Aoi langsung masuk ke rumah kecil itu yang pintunya tak dikunci. Mereka sembunyi di kolong meja.

“Nah, disini kita aman.” Ucap Aoi sambil terengah-engah.
Tempat itu sangat gelap. Dipenuhi oleh meja dan kursi kecil. Terdengar suara bisikkan beberapa orang. Tiba-tiba, lampu menyala. Suki dan Aoi sangat kaget. Lalu, terdengar suara langkah kaki menuju tempat mereka berada dan…
“Siapa kalian? Kalian lagi apa disini, hah?” tanya seorang anak SMA dengan nada agak tinggi.
“Maaf, Kak, tadi kami dikejar bencong jadi, kita numpang ngumpet disini, kak.” Jawab Suki.
“Numpang, numpang, emangnya ini penginapan apa? Pergi!” usik anak SMA lain.
“Tapi, kak, kita juga lagi berteduh. Diluar ujan deres banget!” tambah Aoi.
“Hahahaa… (ketawa setan) emangnya gue pikirin? Mau kalian keujanan kek, kepanasan kek, atau bahkan mau mati juga gue gak peduli! Yang jelas, kalian harus pergi dari sini!”
“Kita gak suka kalo ada yang ganggu apalagi orangnya masih bocah SMP yang bisanya cuman ngadu!”
“Plis, kak, 5 menit lagi aja kita disini. Kita kedinginan…”
“Pergi atau….ini?!” ucap anak SMA itu sambil mengepalkan tangan.
“Emang ini tempat apaan sih? Sepenting apa sih tempat ini buat kalian? Rumah reot aja bangga!” Aoi emosi. Ia keluar dari kolong meja.

Ketiga anak SMA itu menarik Aoi dan mendudukkannya di kursi lalu memborgol tangan dan kakinya. Suki masih sembunyi di kolong meja. Author gak mau cerita tentang penderitaan yang dialami Aoi. Pokoknya, dia dibentak, disiksa, ditinju, dll. Aoi bonyok saat itu juga.
“Masih bocah bau asem udah sompral. Sama ketua WC lagi! Gila, nyolot banget nih bocah satu. Sok jago!”
Aoi hanya diam saja meratapi kesalahannya karena berani nyolot. Aoi emang gak tau kalo tempat ini adalah mabes WC. Ia baru sadar saat kepalanya didongakkan ke atas. Terlihat tulisan extra bold, extra size, dan extra segalanya. Pokoknya, intinya mah gede banget buat diliat dari jarak 4 meter.
“Hak dong! Mulut, mulut gue, suara, suara gue, nyawa, nyawa gue. Apa hak lo buat ngelarang gue hah? Gue gak takut sama lo bertiga. Lo, lo, lo Cuma anak SMA bawahan yang gak berguna ikutan ganggenggong ababil kaya gini!” Aoi terus nyolot. Sekali dia nyolot kaya tadi bahkan lebih jleb dan panjang, nyawanya pasti melayang. Tau sendiri kan kalo Kak Mariko itu rada miring.
“Kurang ngajret lo!” seru Kak Mariko sambil mengayunkan kapak merah di atas kepala Aoi.
Aoi takut luar biasa.  Jantungnya berdegup kencang. Mataya terbelalak. Mulutnya menganga. Alisnya terbang entah kemana. Rasa takut menghantuinya. Ya Tuhan, tolong selamatkan Aoi dari anak stress beneran ini!

Duak! Duak! Duak! Argh! Mati lo!

Suki dengan gagah berani beserta pasukan kuda poni cebolnya berhasil mengalahkan sekutu WC dengan memukul kepalanya dengan kayu tajam. 3 sekutu WC itu menggelepar, darah bercucuran, nyawa 3 makhluk melayang. Suki membuka borgol Aoi kemudian langsung meninggalkan tempat mengerikan itu.
Hujan belum reda juga, malah tambah deres! Sekarang ditambah lagi dengan banjir dan angin tornado duplikat. Capek iya, leuleus iya, laper iya, dingin iya, basah apalagi! Mereka gak peduli sama apa yang dialami. Mereka terobos semuanya. Bongkar! Bongkar! Bongkar! Ganbatte!
Tak perlu menunggu lama, cukup 1 jam saja, mereka udah sampe di asrama. Bibir mereka memutih, tangan dan kaki keriput, mata berkantong, gigi gemetar, bulu kuduk merinding. Dengan keadaan seperti itu, mereka mengetuk pintu bersama-sama. Saking leuleusnya, mereka seperti tak bertenaga.

Tok..tok..tok!! Ting…tong..

Tak ada yang membukakan. Karena terlalu lama, akhirnya mereka masuk dengan sendirinya. Tanpa ngapa-ngapain, mereka langsung menjatuhkan diri ke sofa ruang tamu. Suki bersandar di bahu Aoi. Dengan tatapan kosong, mereka diam seperti sedang dihipnotis.
“Kalo hibernasi itu tidur musim dingin, kalo estivasi itu…. Aaaa…… Mmmm…..apa sih? Kalian tau estivasi itu apa?” Tanya Ren sambil menatap mereka dengan tajam.
Karena Ren selalu remedial jadi, selelu belajar dan setelah remedial, nilainya pasti lebih buruk dari yang sebelumnya. Dari tadi dia mondar mandir membolak-balik buku biologi dan beberapa gambar hewan.
“Tidur di….mussssiimm…phaaaaann…nnaaass..” jawab Aoi sambil gemetaran.
“Oh, thanks!” lalu Ren meninggalkan mereka tanpa tau mereka kenapa.
“Volum bola empat per tiga pi er kubik, luas permukaan bola apa?” Tanya Taiyo yang lewat setelah Ren.
“Empat pi er kuadrat.”
“Nah itu dia!”
Aoi dan Suki udah pasrah banget. Gak ada yang merhatiin mereka. Mereka butuh pertolongan, kedinginan, kelaperan, dan tentu saja kecapekan. Yang nyadar Cuma Rui yang dari tadi merhatiin keanehan 2 makhluk basah itu. Dengan kekuatan hati, jiwa, dan raga, Rui segera membanjur mereka dengan air yang ada di atas kompor.

Byur! Waaaa!!!

“WOY! DINGIN!!!!” Aoi dan Suki berteriak sekencang kencangnya bersamaan.
Rui kaget bukan main padahal yang dia bawa itu air dari kompor.
“Kok dingin sih? Ini panas loh!” kata Rui sambil memgang pantat panci.
-Flashback-
Sebenernya, waktu Rui memasak air, Sayaka baru saja memindahkan es batu yang sudah mencair ke kompor. Saat itu, air yang dimasak Rui sudah mendidih. Sayaka langsung memindahkannya ke sisi lain. Kemudian, Sayaka memanaskan air es tersebut. Tiba-tiba, telepon asrama berbunyi. Sayakan meninggalkan air es yang baru saja dipanaskan. Tak lama, Rui datang dengan tergesa-gesa. Ia memakain sarung tangan dan mematikan kompor lalu mengangkat panic yang berisi air es yang belum panas.
-Flashback End-
Akibat kesalahan teknis yang tak diduga-duga, Rui jadi bahan omelan. Mulai dari Ren yang sok tau, Nanda yang mengelurkan kata-kata bijak, sampai Touko yang asal nimbrung padahal gak tau apa-apa. Kini, Suki dan Aoi menggigil selama 3 hari 3 malem 3 kali puasa 3 kali lebaran 3 kali taun baru. Padahal udah dibawa ke posyandu, kantor polisi, dukun beranak, dukun santet, dan paranormal paramour tapi, mereka tak kunjung sembuh. Mereka baru bisa sembuh saat dibawa ke puskesmas atas saran KM. Kata dokter, mereka kena hipotermia + hiposentrum + hipotenusa + hipo power bank *author garuk garuk kepala*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar