WET WET WET! BRRRR…
Sekarang pertengahan November, musim ujan tiba. Sedia payung
sebelum ujan ya! Jangan lupa, biar air gak merembes ke tembok, pake Aquaproof
#korban iklan. Hari itu, Aoi lagi-lagi kalah suit sama yang lain buat belanja
ke super market. Kali ini bukan sama Rui, melainkan sama Suki. Untung ujannya
udah berhenti 1 jam yang lalu jadi, ya gapapa sih mau ujan atau enggak juga,
gak ngaruh! Paling ya ntar mereka keujanan aja, gitu doang sih, author mah gak
peduli.
“Minyak goreng?”
“Udah!”
“Gula, garem, mentega?”
“Udah, udah, udah!”
“Kopi?”
“Udah! Eh, kopi? Siapa yang pesen? Ah, udah, gak usah
dibeliin!”
“Disini ditulis KOPI
TITIK DUA TOUKO KOMA REN KOMA TAIYO.”
“Ah, mereka nyusahin banget sih! Apa lagi? Seperangkat alat
mandi kaga ada yang pesen?”
“Shampo, sabun, sikat gigi, SEMIR (?!)”
“Semir? Siapa yang masih bocah udah ubanan?”
“Disini sih ditulisnya
UNTUK DAYOYET.”
Keliatan banget kan mereka lagi ngapain? Hehehe… Setelah
ngabsen belanjaan yang udah mereka beli, sekarang tinggal pulang. Ah, gak rame
ih Cuma gitu aja. Bikin sesuatu ya!
“Semuanya seratus tiga
puluh lima ribu, dek.”
Suki merogoh saku belakang celana merecetnya. Lalu berpindah
ke sebelahnya. Lalu pindah ke saku depan kanan dan kiri. Lalu ke saku
kemejanya. Lalu ke semua saku celana Aoi. Apa yang terjadi?
“Kak, kayaknya duitnya ketinggalan deh.”
“Ketinggalan? Tadi kan kamu udah masukin duitnya ke saku
kamu. Kakak liat kok. Masa ketinggalan? Jatoh kali pas lagi belanja!”
Selidik punya selidik, ternyata eh ternyata, saku celana Suki
bolong gede. Ya pastilah duitnya jatoh di jalan. Sungguh malang sekali nasib
mereka. Udah capek-capek belanja, eh, duitnya kaga ada. Duit Aoi Cuma ada
secap, Duit Suki lebih parah, Cuma ada seceng! Alhasil, mereka membatalkan beli
belanjaan. Rencananya, mereka kembali ke asrama lalu mengambil duitnya lalu
kembali ke super market itu.
Gludug! Bruuss! Hujan turun tiba-tiba setelah geledek
berkumandang.
“Yah, ujan lagi. Gimana dong?” tanya Aoi.
“Udahlah, terobos aja! Kita lari! Dalam hitungan kelima,
langsung lari ya, Kak!”
“1……2…….3……..4……..3……..2……..1……5!!!!!!!!!!”
Aoi berlari secepat paket kilat berserta kilat-kilatnya,
sedangkan Suki berlari ala kadarnya saja. Suki berkali-kali berteriak memanggil
Aoi. Mereka telah basah kuyup kaya mandi 10 hari lamanya. Karna Aoi udah gak
tahan harus nungguin Suki lari, Aoi langsung menggandeng Suki berlari
bersamanya sampe Suki terpontang-panting gak karuan. Di depan sana, ada
sepasang kekasih yang tengah bercinta di tengah gerujukan ujan. Sepayung
berdua, warna pink pula. Aoi bulatkan tekad seperti siap menerobos tembok
China.
Dug! Set! Aoi menyela diantara dua insan yang dimabok cinta
itu sambil mengambil kasar payung pink kesayangan mereka. Oh, ternyata itu
Touko dan bebepnya.
“OY, PINJEM DULU YA PAYUNGNYA!!!” teriak Aoi sambil membawa
lari payung pink kekasih itu.
“Kak, jangan gitu dong! Kasian tau!” seru Suki yang lagi
pontang-panting di jalan becek.
“Biarin, emangnya si KM itu kasian sama kita? Enggak kan?!”
balas Aoi.
Aneh sekali, sepasang kekasih itu bukannya marah-marah, malah
Cuma diem bengong mematung di tengah derasnya hujan. Mereka sepertinya pasrah
kalo payungnya diambil orang, yang penting selalu bersama. Pasangan yang aneh
ya, permirsrah! Fyuh!
Ditengah kebengongan sepasang kekasih dan derasnya hujan,
tiba-tiba Suki datang membawa sesuatu yang mereka tunggu-tunggu. Dan..apa
reaksi mereka?
“Nih, payungnya. Sorry, Kak Aoi lagi khilaf. Mohon dimaafkan
ya! Nuhun! Bye!” ucap Suki lalu kembali berlari menyusul Aoi.
“Temen kamu ya, yang? Lucu amat tingkahnya!” tanya bebep
Touko.
“Ah, iya, tau gak, yang? Mereka itu malu-maluin banget! Lucu
darimana?” jawab Touko lalu mereka berdua berjalan kembali menuju jalan cinta
#asik! Suit suwiw!
Kembali ke Aoi dan Suki..
Dalam perjalanan menuju asrama, banyak halang rintang yang
mereka hadapi. Seperti apa? Seperti acara Ninja Warrior atau V-King Japan. Di
jalan, lagi-lagi Aoi bertemu dengan seonggok makhluk yang tak asing lagi
baginya. Udah berapa kali Aoi ketemu sama tuh makhluk. Kayaknya sering deh,
soalnya ‘katanya’ Aoi dan si makhluk udah pernah nge-date.
Toeng..toeng..tew..tew,
tew, tew, Yeah!
“Hey, si ganteng dari
sekolaan, masih inget kan sama eikeu? Udah lama ga ketemu.”
“Hah? Lo? Yang bencong sapoy itu ye? Ti…ti… Suzana?...
Cabuuuuuuuuttt!” seru Aoi sambil menarik kasar tangan Suki yang udah leuleus.
“Oy, abang cakep! Tungguin eikeu!” teriak Tisun sambir
berlari dan memainkan ‘toeng toeng’nya.
“Kaaaakk!! Berenti dulu lah, aku capek banget!” pinta Suki
yang udah leuleus tingkat kota.
“Gak bisa, de! Si bencong tulang lunak itu ngejar kita! Kamu
mau dicium sama orang kaya gitu?”
“Ngumpet atuh! Dimana kek. Cari tempat sembunyi!”
Di depan sana, ada sebuah rumah kecil yang kayaknya gak ada
penghuninya. Tanpa basa-basi, Aoi langsung masuk ke rumah kecil itu yang
pintunya tak dikunci. Mereka sembunyi di kolong meja.
“Nah, disini kita aman.” Ucap Aoi sambil terengah-engah.
Tempat itu sangat gelap. Dipenuhi oleh meja dan kursi kecil.
Terdengar suara bisikkan beberapa orang. Tiba-tiba, lampu menyala. Suki dan Aoi
sangat kaget. Lalu, terdengar suara langkah kaki menuju tempat mereka berada
dan…
“Siapa kalian? Kalian lagi apa disini, hah?” tanya seorang
anak SMA dengan nada agak tinggi.
“Maaf, Kak, tadi kami dikejar bencong jadi, kita numpang
ngumpet disini, kak.” Jawab Suki.
“Numpang, numpang, emangnya ini penginapan apa? Pergi!” usik
anak SMA lain.
“Tapi, kak, kita juga lagi berteduh. Diluar ujan deres
banget!” tambah Aoi.
“Hahahaa… (ketawa setan) emangnya gue pikirin? Mau kalian
keujanan kek, kepanasan kek, atau bahkan mau mati juga gue gak peduli! Yang
jelas, kalian harus pergi dari sini!”
“Kita gak suka kalo ada yang ganggu apalagi orangnya masih
bocah SMP yang bisanya cuman ngadu!”
“Plis, kak, 5 menit lagi aja kita disini. Kita kedinginan…”
“Pergi atau….ini?!” ucap anak SMA itu sambil mengepalkan
tangan.
“Emang ini tempat apaan sih? Sepenting apa sih tempat ini
buat kalian? Rumah reot aja bangga!” Aoi emosi. Ia keluar dari kolong meja.
Ketiga anak SMA itu menarik Aoi dan mendudukkannya di kursi
lalu memborgol tangan dan kakinya. Suki masih sembunyi di kolong meja. Author
gak mau cerita tentang penderitaan yang dialami Aoi. Pokoknya, dia dibentak,
disiksa, ditinju, dll. Aoi bonyok saat itu juga.
“Masih bocah bau asem udah sompral. Sama ketua WC lagi! Gila,
nyolot banget nih bocah satu. Sok jago!”
Aoi hanya diam saja meratapi kesalahannya karena berani
nyolot. Aoi emang gak tau kalo tempat ini adalah mabes WC. Ia baru sadar saat
kepalanya didongakkan ke atas. Terlihat tulisan extra bold, extra size, dan
extra segalanya. Pokoknya, intinya mah gede banget buat diliat dari jarak 4
meter.
“Hak dong! Mulut, mulut gue, suara, suara gue, nyawa, nyawa
gue. Apa hak lo buat ngelarang gue hah? Gue gak takut sama lo bertiga. Lo, lo,
lo Cuma anak SMA bawahan yang gak berguna ikutan ganggenggong ababil kaya
gini!” Aoi terus nyolot. Sekali dia nyolot kaya tadi bahkan lebih jleb dan
panjang, nyawanya pasti melayang. Tau sendiri kan kalo Kak Mariko itu rada
miring.
“Kurang ngajret lo!” seru Kak Mariko sambil mengayunkan kapak
merah di atas kepala Aoi.
Aoi takut luar biasa.
Jantungnya berdegup kencang. Mataya terbelalak. Mulutnya menganga.
Alisnya terbang entah kemana. Rasa takut menghantuinya. Ya Tuhan, tolong
selamatkan Aoi dari anak stress beneran ini!
Duak! Duak! Duak! Argh! Mati lo!
Suki dengan gagah berani beserta pasukan kuda poni cebolnya
berhasil mengalahkan sekutu WC dengan memukul kepalanya dengan kayu tajam. 3
sekutu WC itu menggelepar, darah bercucuran, nyawa 3 makhluk melayang. Suki
membuka borgol Aoi kemudian langsung meninggalkan tempat mengerikan itu.
Hujan belum reda juga, malah tambah deres! Sekarang ditambah
lagi dengan banjir dan angin tornado duplikat. Capek iya, leuleus iya, laper
iya, dingin iya, basah apalagi! Mereka gak peduli sama apa yang dialami. Mereka
terobos semuanya. Bongkar! Bongkar! Bongkar! Ganbatte!
Tak perlu menunggu lama, cukup 1 jam saja, mereka udah sampe
di asrama. Bibir mereka memutih, tangan dan kaki keriput, mata berkantong, gigi
gemetar, bulu kuduk merinding. Dengan keadaan seperti itu, mereka mengetuk
pintu bersama-sama. Saking leuleusnya, mereka seperti tak bertenaga.
Tok..tok..tok!!
Ting…tong..
Tak ada yang membukakan. Karena terlalu lama, akhirnya mereka
masuk dengan sendirinya. Tanpa ngapa-ngapain, mereka langsung menjatuhkan diri
ke sofa ruang tamu. Suki bersandar di bahu Aoi. Dengan tatapan kosong, mereka
diam seperti sedang dihipnotis.
“Kalo hibernasi itu tidur musim dingin, kalo estivasi itu….
Aaaa…… Mmmm…..apa sih? Kalian tau estivasi itu apa?” Tanya Ren sambil menatap
mereka dengan tajam.
Karena Ren selalu remedial jadi, selelu belajar dan setelah
remedial, nilainya pasti lebih buruk dari yang sebelumnya. Dari tadi dia mondar
mandir membolak-balik buku biologi dan beberapa gambar hewan.
“Tidur di….mussssiimm…phaaaaann…nnaaass..” jawab Aoi sambil
gemetaran.
“Oh, thanks!” lalu Ren meninggalkan mereka tanpa tau mereka
kenapa.
“Volum bola empat per tiga pi er kubik, luas permukaan bola apa?”
Tanya Taiyo yang lewat setelah Ren.
“Empat pi er kuadrat.”
“Nah itu dia!”
Aoi dan Suki udah pasrah banget. Gak ada yang merhatiin
mereka. Mereka butuh pertolongan, kedinginan, kelaperan, dan tentu saja
kecapekan. Yang nyadar Cuma Rui yang dari tadi merhatiin keanehan 2 makhluk
basah itu. Dengan kekuatan hati, jiwa, dan raga, Rui segera membanjur mereka
dengan air yang ada di atas kompor.
Byur! Waaaa!!!
“WOY! DINGIN!!!!” Aoi dan Suki berteriak sekencang kencangnya
bersamaan.
Rui kaget bukan main padahal yang dia bawa itu air dari
kompor.
“Kok dingin sih? Ini panas loh!” kata Rui sambil memgang
pantat panci.
-Flashback-
Sebenernya, waktu Rui memasak air, Sayaka baru saja
memindahkan es batu yang sudah mencair ke kompor. Saat itu, air yang dimasak
Rui sudah mendidih. Sayaka langsung memindahkannya ke sisi lain. Kemudian,
Sayaka memanaskan air es tersebut. Tiba-tiba, telepon asrama berbunyi. Sayakan
meninggalkan air es yang baru saja dipanaskan. Tak lama, Rui datang dengan
tergesa-gesa. Ia memakain sarung tangan dan mematikan kompor lalu mengangkat
panic yang berisi air es yang belum panas.
-Flashback End-
Akibat kesalahan teknis yang tak diduga-duga, Rui jadi bahan
omelan. Mulai dari Ren yang sok tau, Nanda yang mengelurkan kata-kata bijak,
sampai Touko yang asal nimbrung padahal gak tau apa-apa. Kini, Suki dan Aoi
menggigil selama 3 hari 3 malem 3 kali
puasa 3 kali lebaran 3 kali taun baru. Padahal udah dibawa ke posyandu,
kantor polisi, dukun beranak, dukun santet, dan paranormal paramour tapi,
mereka tak kunjung sembuh. Mereka baru bisa sembuh saat dibawa ke puskesmas
atas saran KM. Kata dokter, mereka kena hipotermia + hiposentrum + hipotenusa +
hipo power bank *author garuk garuk kepala*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar